Mohon tunggu...
Zaly
Zaly Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seseorang yang gemar menulis cerpen dan karya lainnya. bisa kunjungi akun instagram untuk lebih lanjut !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Tentang Sebuah Buku

7 September 2025   15:55 Diperbarui: 7 September 2025   15:55 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin sore itu terasa dingin. Arya, seorang mahasiswa semester akhir, menghela napas panjang. Tumpukan skripsi di depannya terasa seperti beban gunung. Ia sudah mencoba berkali-kali, tapi buntu. Kata-kata tidak mau keluar dari kepalanya. Ia merasa lelah, putus asa, dan seolah hidupnya tidak ada artinya lagi. Sudah tiga tahun ia merantau, tapi yang didapatnya hanya kegagalan.

Ia keluar dari apartemen kecilnya, berjalan tanpa tujuan menyusuri gang sempit. Sebuah toko buku bekas yang sudah lama tutup menarik perhatiannya. Pintu kaca yang usang terlihat sedikit terbuka. Rasa penasaran membawanya masuk. Di dalam, debu tebal menutupi segalanya. Buku-buku usang tertata acak, seolah sudah lama tidak disentuh.

Saat ia menyusuri rak, matanya tertuju pada sebuah buku tua yang tergeletak di sudut. Sampulnya berwarna coklat kusam, tanpa judul. Arya mengambilnya. Debu beterbangan. Ia membuka halaman pertama, dan di sana, sebuah tulisan tangan yang indah terukir.

"Kepada siapa pun yang menemukan buku ini, jangan putus asa. Setiap kisah memiliki akhir yang bahagia, jika kau mau melanjutkan ceritanya."

Arya terdiam. Kata-kata itu terasa begitu personal, seolah ditujukan langsung kepadanya. Ia membaca buku itu. Isinya adalah kumpulan cerita-cerita pendek. Setiap cerita menggambarkan perjuangan dan kegagalan, tapi selalu berakhir dengan sebuah harapan. Di tengah-tengah buku, ia menemukan sebuah catatan kecil.

"Aku tahu rasanya ingin menyerah. Tapi ingat, matahari selalu terbit setelah malam."

Arya kembali ke apartemennya dengan buku itu. Malam itu, ia tidak mengerjakan skripsinya. Ia hanya membaca. Setiap halaman terasa seperti pelukan hangat. Cerita-cerita di dalamnya membuat hatinya yang beku perlahan mencair. Ia menyadari, bukan hanya dia yang pernah merasa seperti ini.

Keesokan harinya, ia duduk di depan laptopnya. Kali ini, tidak ada lagi beban. Ia hanya ingin menulis, menceritakan kisahnya. Kata-kata mengalir begitu saja, lancar dan jujur.

Saat Arya sedang asyik mengetik, ponselnya berdering. Nama ibunya muncul di layar.

"Halo, Ibu," sapa Arya. Suaranya terdengar lebih bersemangat dari biasanya.

"Arya, bagaimana skripsimu? Sudah selesai? Jangan terlalu memaksakan diri, ya," kata ibunya.

"Sudah, Bu. Sebentar lagi selesai. Doakan, ya," jawab Arya.

"Alhamdulillah. Pasti Ibu doakan. Ibu percaya kamu bisa," ujar ibunya.

Telepon ditutup. Arya tersenyum. Ia kembali menatap layar laptopnya. Ia tahu, kata-kata yang ia tulis tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk orang-orang yang pernah merasakan hal yang sama. Buku tua itu telah memberinya kekuatan, bukan hanya untuk menyelesaikan skripsinya, tapi juga untuk melanjutkan hidupnya.

Minggu berikutnya, skripsinya selesai. Ia menyerahkannya dengan bangga. Ia tidak lagi merasa seperti seorang pecundang. Ia adalah seorang pejuang, dan kisahnya baru saja dimulai. Ia menyadari, kebahagiaan sejati bukanlah saat kita tidak pernah gagal, tapi saat kita mampu bangkit dari kegagalan. Dan semua itu ia pelajari dari sebuah buku tua yang usang. Ia memutuskan untuk menulis buku lain, untuk berbagi kisah dan kata-kata yang telah menyelamatkan hidupnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun