"Arya, bagaimana skripsimu? Sudah selesai? Jangan terlalu memaksakan diri, ya," kata ibunya.
"Sudah, Bu. Sebentar lagi selesai. Doakan, ya," jawab Arya.
"Alhamdulillah. Pasti Ibu doakan. Ibu percaya kamu bisa," ujar ibunya.
Telepon ditutup. Arya tersenyum. Ia kembali menatap layar laptopnya. Ia tahu, kata-kata yang ia tulis tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk orang-orang yang pernah merasakan hal yang sama. Buku tua itu telah memberinya kekuatan, bukan hanya untuk menyelesaikan skripsinya, tapi juga untuk melanjutkan hidupnya.
Minggu berikutnya, skripsinya selesai. Ia menyerahkannya dengan bangga. Ia tidak lagi merasa seperti seorang pecundang. Ia adalah seorang pejuang, dan kisahnya baru saja dimulai. Ia menyadari, kebahagiaan sejati bukanlah saat kita tidak pernah gagal, tapi saat kita mampu bangkit dari kegagalan. Dan semua itu ia pelajari dari sebuah buku tua yang usang. Ia memutuskan untuk menulis buku lain, untuk berbagi kisah dan kata-kata yang telah menyelamatkan hidupnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI