Angin sore itu terasa dingin. Arya, seorang mahasiswa semester akhir, menghela napas panjang. Tumpukan skripsi di depannya terasa seperti beban gunung. Ia sudah mencoba berkali-kali, tapi buntu. Kata-kata tidak mau keluar dari kepalanya. Ia merasa lelah, putus asa, dan seolah hidupnya tidak ada artinya lagi. Sudah tiga tahun ia merantau, tapi yang didapatnya hanya kegagalan.
Ia keluar dari apartemen kecilnya, berjalan tanpa tujuan menyusuri gang sempit. Sebuah toko buku bekas yang sudah lama tutup menarik perhatiannya. Pintu kaca yang usang terlihat sedikit terbuka. Rasa penasaran membawanya masuk. Di dalam, debu tebal menutupi segalanya. Buku-buku usang tertata acak, seolah sudah lama tidak disentuh.
Saat ia menyusuri rak, matanya tertuju pada sebuah buku tua yang tergeletak di sudut. Sampulnya berwarna coklat kusam, tanpa judul. Arya mengambilnya. Debu beterbangan. Ia membuka halaman pertama, dan di sana, sebuah tulisan tangan yang indah terukir.
"Kepada siapa pun yang menemukan buku ini, jangan putus asa. Setiap kisah memiliki akhir yang bahagia, jika kau mau melanjutkan ceritanya."
Arya terdiam. Kata-kata itu terasa begitu personal, seolah ditujukan langsung kepadanya. Ia membaca buku itu. Isinya adalah kumpulan cerita-cerita pendek. Setiap cerita menggambarkan perjuangan dan kegagalan, tapi selalu berakhir dengan sebuah harapan. Di tengah-tengah buku, ia menemukan sebuah catatan kecil.
"Aku tahu rasanya ingin menyerah. Tapi ingat, matahari selalu terbit setelah malam."
Arya kembali ke apartemennya dengan buku itu. Malam itu, ia tidak mengerjakan skripsinya. Ia hanya membaca. Setiap halaman terasa seperti pelukan hangat. Cerita-cerita di dalamnya membuat hatinya yang beku perlahan mencair. Ia menyadari, bukan hanya dia yang pernah merasa seperti ini.
Keesokan harinya, ia duduk di depan laptopnya. Kali ini, tidak ada lagi beban. Ia hanya ingin menulis, menceritakan kisahnya. Kata-kata mengalir begitu saja, lancar dan jujur.
Saat Arya sedang asyik mengetik, ponselnya berdering. Nama ibunya muncul di layar.
"Halo, Ibu," sapa Arya. Suaranya terdengar lebih bersemangat dari biasanya.