Malam itu, di sebuah desa terpencil, angin berhembus kencang, membawa aroma lembab dari hutan yang mengelilingi desa. Di sebuah rumah tua, Andi duduk di ruang tamu, menatap api yang berkobar di perapian. Suasana sepi membuatnya merasa tidak nyaman.
"Kenapa ya, malam ini terasa begitu mencekam?" gumam Andi, berusaha mengalihkan pikirannya. Ia teringat cerita-cerita horor yang sering diceritakan oleh neneknya tentang makhluk-makhluk yang bersembunyi di dalam tanah.
Tiba-tiba, suara ketukan terdengar dari bawah lantai. Andi terlonjak, jantungnya berdegup kencang. "Siapa di sana?" teriaknya, suaranya bergetar.
Tak ada jawaban. Andi berusaha menenangkan diri. "Mungkin hanya suara kayu yang bergetar," pikirnya. Namun, ketukan itu kembali terdengar, kali ini lebih keras dan berirama.
"Ini tidak mungkin," bisiknya, berusaha meyakinkan diri. Ia berdiri dan mendekati lantai, menempelkan telinganya. Suara itu semakin jelas, seperti suara seseorang yang memanggil namanya.
"Andi... Andi..." suara itu memanggil, lembut namun menyeramkan.
"Siapa itu?!" teriak Andi, ketakutan. "Tunjukkan dirimu!"
"Jangan takut, Andi. Aku hanya ingin berbicara," suara itu menjawab, kini terdengar lebih dekat.
Andi merasa terjebak antara rasa ingin tahu dan ketakutan. "Apa yang kau inginkan dariku?" tanyanya, suaranya bergetar.
"Aku adalah roh yang terperangkap di sini. Aku butuh bantuanmu untuk bebas," suara itu menjelaskan. "Kau harus menggali tanah di bawah rumah ini."
Andi merasa ragu. "Tapi, bagaimana aku bisa percaya padamu? Bagaimana aku tahu kau bukan makhluk jahat?"
"Karena aku adalah temanmu, Andi. Kita pernah bermain bersama di hutan saat kecil," jawab suara itu, mengingatkan Andi pada kenangan yang telah lama terlupakan.
"Teman? Siapa?" Andi berusaha mengingat, tetapi kepalanya terasa berat. "Aku tidak ingat."
"Namaku Rina. Kita berjanji untuk selalu bersama, tetapi aku terjebak di sini setelah kecelakaan itu," suara itu menjelaskan dengan nada penuh harap.
Andi merasa tergerak. Ia ingat, Rina adalah sahabatnya yang hilang saat mereka bermain di hutan. "Baiklah, aku akan membantumu," katanya, meskipun rasa takut masih menyelimuti hatinya.
Dengan alat penggali di tangan, Andi mulai menggali tanah di sudut ruangan. Suara ketukan semakin keras, seolah memberi semangat. "Lebih dalam, Andi! Aku hampir sampai!" teriak Rina.
Setelah beberapa saat menggali, Andi menemukan sebuah kotak kayu tua. Ia membuka kotak itu, dan dari dalamnya, cahaya lembut memancar. "Ini dia! Aku bisa merasakan kebebasan!" suara Rina terdengar penuh kegembiraan.
Tiba-tiba, tanah di bawah Andi bergetar, dan sosok Rina muncul dari dalam tanah, wajahnya bersinar. "Terima kasih, Andi! Aku akhirnya bebas!" katanya, tersenyum.
Namun, saat Andi berusaha meraih tangan Rina, sosok itu mulai memudar. "Tunggu! Jangan pergi!" teriak Andi, tetapi Rina hanya tersenyum dan berkata, "Ingatlah, aku akan selalu ada di hatimu."
Dengan itu, Rina menghilang, meninggalkan Andi sendirian di ruang tamu. Meskipun rasa takut masih ada, Andi merasa lega. Ia tahu, malam ini adalah awal dari perjalanan baru, dan kenangan Rina akan selalu bersamanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI