Mohon tunggu...
Zaly
Zaly Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seseorang yang gemar menulis cerpen dan karya lainnya. bisa kunjungi akun instagram untuk lebih lanjut !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Guru di Ujung Jari

7 Juli 2025   08:48 Diperbarui: 7 Juli 2025   08:48 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah desa kecil, terdapat seorang guru bernama Pak Budi. Ia dikenal sebagai sosok yang sabar dan penuh dedikasi. Meskipun sekolahnya sederhana, Pak Budi selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk murid-muridnya. Namun, tantangan baru muncul ketika teknologi digital mulai merambah ke dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu pagi, saat pelajaran berlangsung, Pak Budi melihat murid-muridnya lebih tertarik pada ponsel mereka daripada pelajaran yang sedang diajarkan.

"Anak-anak, kenapa kalian tidak memperhatikan pelajaran?" tanya Pak Budi dengan nada lembut.

Baca juga: Mimpi dan Usaha

"Maaf, Pak. Kami sedang mencari informasi tentang tugas di internet," jawab Rina, salah satu muridnya.

Pak Budi tersenyum. "Baiklah, tapi ingat, informasi yang baik harus disaring. Mari kita belajar bersama tentang cara mencari informasi yang benar."

Setelah itu, Pak Budi memutuskan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Ia mengajak murid-muridnya untuk menggunakan ponsel mereka dengan bijak. "Kita akan membuat proyek kelompok. Setiap kelompok harus mencari informasi tentang tema yang telah ditentukan dan menyajikannya di depan kelas."

Murid-muridnya terlihat antusias. Mereka mulai bekerja sama, mencari informasi, dan berdiskusi. Di tengah kesibukan itu, Pak Budi mendekati kelompok Rina.

"Bagaimana, Rina? Apakah kalian menemukan informasi yang menarik?" tanya Pak Budi.

Baca juga: Senja Ungu

"Ya, Pak! Kami menemukan banyak artikel tentang dampak positif dan negatif media sosial," jawab Rina dengan semangat.

"Bagus! Ingat, penting untuk mencantumkan sumber informasi yang kalian gunakan," nasihat Pak Budi.

Setelah beberapa hari, saat presentasi tiba, suasana kelas menjadi hidup. Setiap kelompok menyampaikan hasil kerja mereka dengan percaya diri. Rina dan kelompoknya menjelaskan tentang bagaimana media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan informasi positif, tetapi juga bisa menjadi sumber berita palsu.

"Jadi, kita harus bijak dalam menggunakan media sosial, ya, Pak?" tanya Rina setelah presentasi mereka selesai.

"Betul sekali, Rina. Media sosial adalah alat yang kuat, tetapi kita harus tahu cara menggunakannya dengan baik," jawab Pak Budi.

Di akhir pelajaran, Pak Budi mengajak murid-muridnya untuk berdiskusi tentang bagaimana mereka bisa menggunakan teknologi untuk kebaikan. "Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu masyarakat di sekitar kita dengan teknologi yang ada?"

"Pak, kita bisa membuat grup di media sosial untuk berbagi informasi tentang kegiatan sosial di desa!" usul Andi, murid lainnya.

"Bagus sekali, Andi! Dengan cara itu, kita bisa mengajak lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial," kata Pak Budi.

Hari-hari berlalu, dan kelas Pak Budi semakin aktif. Mereka tidak hanya belajar tentang pelajaran di sekolah, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial di era digital. Pak Budi merasa bangga melihat murid-muridnya tumbuh menjadi generasi yang cerdas dan peduli.

Suatu sore, saat pulang, Rina menghampiri Pak Budi. "Terima kasih, Pak, sudah mengajarkan kami cara menggunakan teknologi dengan bijak. Kami merasa lebih siap menghadapi dunia."

Pak Budi tersenyum. "Ingatlah, anak-anak, teknologi adalah alat. Yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakannya untuk kebaikan."

Dengan semangat baru, Rina dan teman-temannya melangkah pulang, siap untuk menjadi agen perubahan di masyarakat mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun