"Bagaimana kalau malam ini aku tawarkan sesuatu yang lebih spesial dan lebih ramah untukmu." kata Yandi sambil menatap Ari.
"Ayolah, Yandi. Sudah hampir tiga minggu ini aku tak meminumnya."
"Tiga hari lalu kau meminumnya."
Ari tertunduk. "Kau tahu kan setiap malam kepalaku selalu sakit ketika aku tidak meminumnya. Cuma kau yang mengerti aku. Tolonglah..." wajah Ari memelas.
Kepala Yandi menggeleng. "Tidak. Aku tidak bisa memberimu kali ini, nak." Yandi membersihkan sebuah gelas minuman.
"Kumohon." Ari memohon pada Yandi. Ia menggenggam tangan Yandi dan menatap matanya.
Yandi pun merasa tak enak terutama ketika melihat raut wajah Ari yang memelas. Pancaran sinar matanya benar-benar membuat hati Yandi tergerak. Kepalanya pun menggeleng. Semoga ia tak salah.
"Baiklah. Hanya satu gelas. Lalu kau pulang." kata Yandi.
"Terima kasih..."
Dengan lihai Yandi menuangkan whiski ke dalam gelas lalu memberikannya pada Ari. Ari terlihat sumringah. Wajahnya girang.
"Jangan beri tahu tantemu soal ini." ucap Yandi.
---