Mohon tunggu...
Alrid Ramadhan
Alrid Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030071 UIN Sunan kalijaga

gabut

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hidup dengan Dissociative Identity Disorder (DID), Apa Itu?

11 Maret 2024   17:34 Diperbarui: 11 Maret 2024   17:49 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: stock.adobe.com

Gangguan Dissociative Identity Disorder (DID), sebelumnya dikenal sebagai Multiple Personality Disorder (MPD), adalah gangguan mental yang kompleks dan sering kali membingungkan. DID ditandai oleh adanya dua atau lebih identitas yang berbeda dalam satu individu, yang bergantian mengendalikan perilaku dan pikiran individu tersebut. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang DID, termasuk gejalanya, penyebabnya, dan bagaimana pengidap DID dapat mengelola gangguan ini dalam kehidupan sehari-hari.

Gejala dan Proses Diagnosis DID

1. Identitas ganda: Seseorang dengan DID memiliki dua atau lebih identitas yang berbeda, yang dapat muncul secara bergantian atau pada waktu yang berbeda. Setiap identitas memiliki pola pikir, perilaku, dan bahasa yang unik.

2. Amnesia disosiatif: Seseorang dengan DID sering mengalami amnesia terkait dengan periode waktu, tindakan, atau informasi yang terkait dengan identitas lainnya. Misalnya, seseorang mungkin tidak ingat apa yang terjadi saat identitas lain mengendalikan tubuh.

3. Perubahan kepribadian yang drastis: Ketika identitas yang berbeda mengambil alih, seseorang dengan DID dapat mengalami perubahan yang drastis dalam suasana hati, perilaku, preferensi, dan bahasa tubuh.

4. Gangguan memori: Seseorang dengan DID mungkin mengalami kesulitan mengingat kejadian masa lalu atau informasi pribadi yang signifikan.

5. Gangguan psikologis tambahan: Orang dengan DID sering kali memiliki gangguan psikologis tambahan seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, atau gangguan tidur.

sumber gambar: healtheuropa.com
sumber gambar: healtheuropa.com

Proses diagnosis DID melibatkan evaluasi menyeluruh oleh profesional kesehatan mental seperti psikiater atau psikolog. Langkah-langkah yang mungkin dilakukan dalam proses diagnosis meliputi:

1. Wawancara klinis: Profesional kesehatan mental akan melakukan wawancara mendalam dengan pasien untuk memahami gejala dan pengalaman mereka. Informasi tentang identitas yang berbeda, amnesia, dan perubahan kepribadian akan dieksplorasi.

2. Evaluasi medis: Profesional kesehatan mental mungkin merujuk pasien untuk evaluasi medis guna memastikan bahwa gejala yang dialami tidak disebabkan oleh kondisi medis lainnya.

3. Evaluasi psikologis: Tes dan skala psikologis dapat digunakan untuk membantu dalam proses diagnosis dan pemahaman lebih lanjut tentang kondisi pasien.

4. Kolaborasi dengan pasien: Profesional kesehatan mental akan bekerja sama dengan pasien untuk memahami pengalaman dan identitas yang berbeda yang muncul.

5. Kriteria diagnostik: Diagnosis DID mematuhi kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.

Penting untuk dicatat bahwa diagnosis DID dapat rumit dan memerlukan waktu yang cukup untuk memahami dan memperjelas gejala yang dialami oleh pasien.

Penyebab dan Faktor Risiko DID

1. Trauma masa kecil: Trauma fisik, seksual, atau emosional yang parah selama masa kecil adalah faktor risiko utama dalam perkembangan DID. Anak yang mengalami trauma serius mungkin menggunakan mekanisme pertahanan disosiatif untuk melindungi diri mereka dari pengalaman yang menyakitkan. Mekanisme ini dapat mengarah pada pembentukan identitas yang terpisah sebagai cara untuk mengatasi dan melindungi diri.

2. Ketidakamanan lingkungan: Lingkungan yang tidak aman, tidak stabil, atau tidak mendukung juga dapat berkontribusi pada perkembangan DID. Ketidakmampuan untuk mengatasi atau melindungi diri dari situasi yang berbahaya atau merusak dapat memicu mekanisme disosiatif sebagai cara untuk bertahan hidup.

3. Kecenderungan genetik: Meskipun belum sepenuhnya dipahami, ada bukti bahwa faktor genetik dapat memainkan peran dalam rentan terhadap perkembangan DID. Studi pada keluarga dengan riwayat gangguan disosiatif menunjukkan adanya kecenderungan genetik yang mungkin mempengaruhi kerentanan individu terhadap gangguan ini.

4. Kurangnya dukungan sosial: Kurangnya dukungan sosial, seperti isolasi sosial atau kehilangan hubungan yang signifikan, dapat memperburuk gejala DID. Dukungan sosial yang kuat dapat membantu individu dengan DID mengelola gejala dan memperbaiki kualitas hidup mereka.

5. Faktor neurobiologis: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan dalam struktur dan fungsi otak mungkin terkait dengan perkembangan DID. Gangguan pada sistem saraf pusat, termasuk area otak yang terkait dengan pengaturan emosi dan identitas, telah dikaitkan dengan gangguan ini.

Penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor ini tidaklah sama bagi setiap individu yang mengalami DID. Setiap kasus dapat memiliki kombinasi unik dari faktor-faktor tersebut.

sumber gambar: nami.org
sumber gambar: nami.org

Dampak dan Tantangan Hidup dengan DID

1. Identitas yang terfragmentasi: Individu dengan DID mengalami perpecahan identitas yang signifikan, di mana mereka memiliki dua atau lebih identitas yang berbeda yang muncul secara bergantian. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan, ketidakpastian, dan perasaan tidak utuh dalam diri mereka. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami siapa mereka sebenarnya dan bagaimana mengintegrasikan identitas-identitas yang berbeda.

2. Memori yang terfragmentasi: Karena perpecahan identitas, individu dengan DID sering mengalami kesulitan dalam mengingat peristiwa-peristiwa masa lalu atau memiliki memori yang terfragmentasi. Mereka mungkin memiliki kesenjangan memori atau mengalami amnesia terhadap bagian-bagian tertentu dari hidup mereka. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam membangun narasi hidup yang kohesif dan mempengaruhi hubungan interpersonal.

3. Gangguan fungsi sehari-hari: DID dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal. Identitas yang berbeda mungkin memiliki preferensi, minat, atau kemampuan yang berbeda, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam menjaga konsistensi dan stabilitas dalam pekerjaan, hubungan, atau kewajiban sehari-hari lainnya.

4. Stigma dan isolasi sosial: Individu dengan DID sering menghadapi stigmatisasi dan ketidakpahaman dari masyarakat sekitarnya. Dikarenakan sifat yang kompleks dan tidak umum dari gangguan ini, individu dengan DID dapat merasa terisolasi dan kesulitan menemukan dukungan sosial yang memadai. Stigma juga dapat mempengaruhi akses mereka terhadap perawatan dan dukungan yang diperlukan.

5. Tantangan terapi: Pengobatan dan terapi untuk DID dapat menjadi tantangan tersendiri. Terapi yang efektif untuk DID melibatkan integrasi identitas dan pemulihan memori, yang membutuhkan waktu, komitmen, dan kerja sama yang kuat antara individu dengan DID dan terapis mereka. Selain itu, individu dengan DID mungkin mengalami ketidakpatuhan terhadap terapi atau kesulitan dalam menjaga konsistensi dalam terapi karena peralihan identitas.

Dalam menghadapi dampak dan tantangan ini, dukungan sosial, terapi yang terampil, dan pendidikan yang memadai tentang DID sangat penting. Dengan dukungan yang tepat, individu dengan DID dapat belajar mengelola gejala, membangun stabilitas dalam hidup mereka, dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

sumber gambar: tribune.com.pk
sumber gambar: tribune.com.pk

Strategi Pengelolaan dan Perawatan

Pengelolaan dan perawatan Dissociative Identity Disorder (DID) melibatkan pendekatan terintegrasi yang mencakup terapi psikoterapi, dukungan medis, dan perubahan gaya hidup. Berikut adalah beberapa strategi yang umum digunakan dalam pengelolaan dan perawatan DID:

1. Terapi Psikoterapi: Terapi psikoterapi adalah komponen penting dalam pengelolaan DID. Terapi ini bertujuan untuk membantu individu mengenali, memahami, dan mengatasi pengalaman traumatis yang mendasari DID. Terapi psikoterapi yang sering digunakan termasuk terapi kognitif, terapi perilaku kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok, dan terapi dukungan.

2. Terapi Integratif: Terapi integratif menggabungkan berbagai pendekatan terapi untuk mengatasi berbagai aspek DID. Ini mungkin melibatkan terapi kognitif untuk mengatasi pola pikir negatif, terapi perilaku untuk mengubah perilaku yang merugikan, dan terapi eksposur untuk mengatasi trauma masa lalu.

3. Stabilisasi dan Manajemen Kesejahteraan: Penting untuk membantu individu dengan DID untuk mencapai stabilitas emosional dan fisik. Ini dapat melibatkan penggunaan teknik relaksasi, manajemen stres, dan pengaturan rutinitas harian yang terstruktur untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan.

4. Dukungan Medis: Dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan dapat membantu mengelola gejala yang terkait dengan DID, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan tidur. Pemberian obat-obatan harus dilakukan oleh profesional medis yang berpengalaman dan berpengetahuan tentang DID.

5. Kolaborasi Tim Perawatan: Penting untuk memiliki tim perawatan yang terdiri dari berbagai profesional kesehatan mental yang berkolaborasi dalam merawat individu dengan DID. Tim perawatan dapat terdiri dari psikiater, psikolog, terapis keluarga, dan pekerja sosial yang berspesialisasi dalam perawatan trauma dan gangguan disosiatif.

6. Edukasi dan Dukungan Keluarga: Melibatkan keluarga dan orang-orang terdekat dalam proses pengelolaan dan perawatan DID dapat sangat bermanfaat. Edukasi tentang DID, dukungan emosional, dan pembelajaran keterampilan pengelolaan stres dapat membantu keluarga dalam memahami dan mendukung individu dengan DID.

7. Perubahan Gaya Hidup: Mengadopsi gaya hidup yang sehat, termasuk pola makan seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan menghindari penggunaan zat adiktif, dapat membantu meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

 sumber gambar: recoveryranch.com
 sumber gambar: recoveryranch.com

Gangguan Dissociative Identity Disorder (DID) adalah kondisi yang kompleks dan mempengaruhi kehidupan individu secara signifikan. Meskipun menghadapi tantangan yang unik, individu dengan DID dapat menemukan bantuan dan dukungan melalui perawatan yang tepat. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang DID, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi individu dengan gangguan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun