Mohon tunggu...
Alrid Ramadhan
Alrid Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030071 UIN Sunan kalijaga

gabut

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hidup dengan Dissociative Identity Disorder (DID), Apa Itu?

11 Maret 2024   17:34 Diperbarui: 11 Maret 2024   17:49 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: stock.adobe.com

2. Evaluasi medis: Profesional kesehatan mental mungkin merujuk pasien untuk evaluasi medis guna memastikan bahwa gejala yang dialami tidak disebabkan oleh kondisi medis lainnya.

3. Evaluasi psikologis: Tes dan skala psikologis dapat digunakan untuk membantu dalam proses diagnosis dan pemahaman lebih lanjut tentang kondisi pasien.

4. Kolaborasi dengan pasien: Profesional kesehatan mental akan bekerja sama dengan pasien untuk memahami pengalaman dan identitas yang berbeda yang muncul.

5. Kriteria diagnostik: Diagnosis DID mematuhi kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.

Penting untuk dicatat bahwa diagnosis DID dapat rumit dan memerlukan waktu yang cukup untuk memahami dan memperjelas gejala yang dialami oleh pasien.

Penyebab dan Faktor Risiko DID

1. Trauma masa kecil: Trauma fisik, seksual, atau emosional yang parah selama masa kecil adalah faktor risiko utama dalam perkembangan DID. Anak yang mengalami trauma serius mungkin menggunakan mekanisme pertahanan disosiatif untuk melindungi diri mereka dari pengalaman yang menyakitkan. Mekanisme ini dapat mengarah pada pembentukan identitas yang terpisah sebagai cara untuk mengatasi dan melindungi diri.

2. Ketidakamanan lingkungan: Lingkungan yang tidak aman, tidak stabil, atau tidak mendukung juga dapat berkontribusi pada perkembangan DID. Ketidakmampuan untuk mengatasi atau melindungi diri dari situasi yang berbahaya atau merusak dapat memicu mekanisme disosiatif sebagai cara untuk bertahan hidup.

3. Kecenderungan genetik: Meskipun belum sepenuhnya dipahami, ada bukti bahwa faktor genetik dapat memainkan peran dalam rentan terhadap perkembangan DID. Studi pada keluarga dengan riwayat gangguan disosiatif menunjukkan adanya kecenderungan genetik yang mungkin mempengaruhi kerentanan individu terhadap gangguan ini.

4. Kurangnya dukungan sosial: Kurangnya dukungan sosial, seperti isolasi sosial atau kehilangan hubungan yang signifikan, dapat memperburuk gejala DID. Dukungan sosial yang kuat dapat membantu individu dengan DID mengelola gejala dan memperbaiki kualitas hidup mereka.

5. Faktor neurobiologis: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan dalam struktur dan fungsi otak mungkin terkait dengan perkembangan DID. Gangguan pada sistem saraf pusat, termasuk area otak yang terkait dengan pengaturan emosi dan identitas, telah dikaitkan dengan gangguan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun