Pada umumnya diterima bahwa pengarang Injil keempat adalah Rasul yohanes. Sekurang-kurangnya dapat diiterima bahwa Rasul Yohanes menjadi sumber tradisi dalam penulisan injl tersebut. Umum diterima juga bahwa Injil Yohanes ditulis sekitar tahun 90-100. Maka, Jika ditelaah lebih dalam, Injil Yohanes merupakan sebuah injil yang mana jika ditilik dari segi isinya merupakan suatu bentuk pewarataanyang sangat mendalam dan matang. Hal ini terjadi dikarenakn atas permenungna yang panjang. Ditulis atau dikarang antara tahun 90-1000. Rentetan waktu yang cukup jauh. Penginjil Yohanes juga lebih menekankan segi atau aspek rohani daripada segi jasmani. Sedangkan Injil Sinoptik lebih menekankan segi Jasmani.Tradisi menyebutkan bahwa kota Efesus sebgai tempat penulisan.[18] Adaoun bahasa yang digunakan dalam penulisan Injil Yohanes adalah memaki bahas Aram. Bahasnya agak memuat banyak kata Aram (1: 38,41). Hal ini mau mengatkaan bahwa kemungkinan ditujukan bukan kepad orang Yahudi.
Tujuan dari yang dimaskud penginjil Yohanes adalah untuk menjaga supaya orang yang percya kepada Yesus tidak menjadi sesat tetapi tetap percaya kepada Yesus. Saat dimna Yohanes menulis ada aliran atau ajaran sesat yang menolak keilahian Yesus, yang berusaha menyesatkan orang-orang yang sudah percaya
Injil Yohanes, sebagaimana semua tulisan Perjanjian Baru yang lain, ditulis untuk menanggapi kebutuhan dan persoalan umat waktu itu.[19] Persoalan itu dapat dibagi ke dalam dua tantangan atau persolan. Kedua tantangan itu adalah tantangan dari dalam dan dari luar.Pertama, tantanga dari luar. Yang dimaksud dengan hal ini adalah tantangan yang dating dari luar umta Yohanes. Tantangan-tangnan itu menyerang umat Yohanes yang dianggap sebagai sekte sendiri. Tantangann dari luar berasal dari agama, negara, gnostik dan Yudaisme.
2.6. Teks paralel
Dalam teks Yohanes bab 1:32-42 memiliki kesinambungan juga dalam teks-teks Kitab Suci Perjanjian Lama, maupun dalam Perjanjian Baru, dimana diterangkan juga tentang “Yesus adalah Anak Domba Allah” misalnya dalam teks (Yesaya 53:10) tentang Kristus adalah Korban Penebus Salah, lalu dalam (Ibrani, bab 10, dan Rm 8:3), seluruh sistem korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang nantinya akan menjadi korban yang sempurna, yang telah Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya. Dalam kitab (keluaran bab 12:11-13), juga diterangkan demikian, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah supaya malaikat maut melewati mereka “yang ditutupi oleh darah” (Keluaran 12:11-13) merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.