Mohon tunggu...
Aloysius Wudi
Aloysius Wudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemuda Pemungut Kata

Berjuang tanpa kenal lelah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemanggilan Murid-Murid Yesus Yang Pertama

17 April 2022   21:42 Diperbarui: 17 April 2022   22:15 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                  PEMANGGILAN MURID-MURID PERTAMA

                        (Refleksi Eksegetis Atas Teks Yohanes  1 :35-42)


                                                Oleh : Aloysius Wudi
            Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira 
Kupang

Abstraksi

Injil Yohanes adalah sebuah Injil yang sangat berbeda dari ketiga Injil lainnya atau injil sinoptik. Hal ini dikarenakan injil Yohanes memiliki kekhasaannya tersendiri. 

Kekhasaan atau keunikan tersebut dikarenakan Sembilan puluh persen materi yang dikandung atau yang diulas dalam Injil Yohanes mengenai kehidupan Yesus tidak dapat ditemukan dalam Injil lainnya.Injil Yohanes juga adalah Injil yang paling simbolis dalam koleksi resmi Kitab Suci Perjanjian Baru. 


Karakternya yang demikian mengajak pembaca untuk tidak menelaahnya secara harafiah saja, tetapi  berusaha mengkaji makna yang tersirat di baliknya. Salah satunya dapat dilihat pada (Yoh 1:35-45) perihal pemanggilan murid-murid yang pertama. 

Di mana Yohanes memberi kesasksian juga mewartakan siapa itu Yesus yang Ia sebut dengan suatu bahasa Kiasan atau Simbol, demikian “Lihatlah Anak Domba Allah”, yang mana merupakan  bentuk metafora pribadi Yesus sebagai seorang guru. Adapun Penerapan dalam penulisan pun berbeda jauh. Penginjil Matius berfokus pada Peran Yesus sebagai keselamatan Umat Yahudi yang sudah lama diharapkan. 

Penginjil Lukas menekankan Peran Yesus sebagai Juru selamat semua orang. Pengijiil Markus menetapkan Identitas Yesus dalam kerangaka generasi baru para Murid. Akan tetapi gambaran Yohanes mengenai Yesus lebih mementingkan Teologi daripada demografi. Penulisan Injil Yohanes ini merupakan sebuah tantangan besar dikarenakan dia menulis denga tujuan disamping mewartakn Yesus Juga untuk melawan Gnostsime. 

Kata kunci   : Yohanes, Konteks dan Teks, Sastra, filologi, Struktur dan pergerakan Teks, Pengarang dan Asal usul teks, Teks pararel, Eksegetis.

                                                                                                                   BAB I

                                                                                                          PENDAHULUAN

Latar Belakang

Injil Yohanes adalah Injil yang unik, sudut pandang yang di pakai dalam kitab Yohanes untuk menjelaskan Yesus Kristus sangat berbeda dengan Kitab Injil yang lain, kitab Injil Matius melihat dari sudut pandang Yesus sebagai Raja, Markus melihat Yesus dari sudut pandang sebagai Hamba, Lukas melihat Yesus dari sudut pandang Anak Manusia , sedangkan Yohanes melihat Yesus dari sudut pandang sebagai Anak Allah yang mendagingkan diri sebagai manusia.

Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga kitab Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang Kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasi secara tidak langsung sebagai “Murid yang dikasihi-Nya”. Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu diantara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus)

Pada pembahasan ini, penulis ingin mengulas mengenai pemanggilan murid-murid Pertama Yesus yang diulas dalam Injil Yohanes. Dimana sebgai seorang pewarta dan pengkotabah besar pada zamannya, kesaksian Yohanes pembabtis menarik perhatian banyak orang, sehingga orang dating menjadi murid Yesus. Kata “Murid” secaa umum berarti “Pelajar”. Secara khusus, kata ini digunakan untuk seseorang yan gmemiliki pandangan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang tertentu.

Adapun keasaksian yakni suatu kesaksian kepada kedua muridnya, bhawa Yesus adalah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia dan yang akan menyelamatkna manusia. Sebanyak dua kali Yohanes bersaksi bahwa Yesus adalah Anak domba Allah (Yoh 1: 29, 36), kesaksian ini menjadi alasan mengapa Yohanes berkata “ 

Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil “(Yoh 3:30). Melalui kesaksian ini, para pengikut Yohanes diarahkan kepada Yesus, dan dua diantara mereka akhirnya menjadi murid-murid pertamaNya. Kata kerja “Mengikuti” secara kiasan berarti “mengikuti sebagai murid” atau menjadi murid”.

Hal yang mau dilihat dalam perikop ini adalah bahwa konsep kemuridan yang berpusat kepada karya Yesus ternyata tidak hanya diungkapkan dengan kata Mathetes (Murid) tetapi juga dengan kata akolouthein (mengikuti).  Dengan demikian kata ini mau menunjukan karakter khusus kemuridan dalam hubungan dengan Yesus. Hubungan antara Yesus dengan para muridNya sebenarnya sebanding dengan hubungan antara para rabi Yahudi dengan murid-murid mereka, sebab Yesus dan para rabi sama-sama meneruskan ajaran kepada para pengikutnya. 

Meskipun demikian, kemuridan yang dimiliki para murid Yesus sangat khas karena para murid Yesus tidak memilih guru tetapi pada dasrnya adalah Inisaitif yang berasal dari Sang Guru sendiri, juga berdasarkan kesaksian Yohanes Pembabtis seperti yang ada pada perikop (Yoh 1 :32-45)

Dalam perikop injil Yohanes bab 1:35 dst, dimana Yohanes membicarakan secara langsung bahwa Yesus memperoleh murid-murid-Nya yang pertama dari lingkungan murid-murid Yohanes pembabtis. Berkat pewartaan dan kesaksian yang disampaikan dalam injil Yohanes itu khsusnya bab 1:35 dapat disadari, betapa pentingnya Yohenes Pembabtis itu bagi gereja jemaat Kristen Purba.  

Penginjil Yohanes melukiskan peristiwa yang dialami oleh para murid Yesus sebagi peristiwa dimana keterpanggilan itu nyata dan nampak di dalam kehidupan mereka, yang mana dengan keterpanggilan itu, Yohanes melibatkan diri dalam konteks itu, sebagai bentuk pendukung dalam mendukung dan menghadirkan Pribadi Yesus di dalam kehidupan mereka.

            

                                                                                       BAB II

                                                                                            ISI

Perikop Injil Yohanes (1: 32-45) menceritakan perihal pemanggilan murid-murid yang pertama. Proses pemanggilan ini cukup unik yang mana digambarkan oleh penginjil Yohanes. Ayat-ayat yang dikemukakan dalam perikop-perikop tersebut bisa dibagi dalam dua bagian. Bagian satu dimulai dari Yohanes (1:35-42), yang mana dikisahkan pada bagian ini Yohanes mewaratkan Yesus sebagai Anak Domba Allah. Kepada kedua muridnya serta reaksi mereka untuk mengikuti Yesus dan bersaksi tentang Dia. 

Bagian ini terjadi di Yudea tempat Yohanes Pembaptis tampil. Sedangkan bagian kedua yakni terdapat pada Yohanes 1:43-45. Bagian ini menampilkan, menceritakan panggilan murid yang lain (Filipus) yang kemudian memberikan kesaksian tentang Dia.[1] Panggilan ini terjadi di Galilea dan juga melambangkan Instruksi bagi jemaat Kristena bukan Yahudi. 

 

Murid-murid Pembaptis mengikuti Yesus dan bersaksi tentang Dia, 1:35-42.Ay. 35-37 - Kehormatan tinggi menjadi saksi Kristus sekarang di­tampilkan dengan hasil yang jelas dan sukses, Di hadapan  dua orang murid-muridnya, Pembaptis mengulangi kesaksiannya bahwa Yesus adalah anak Domba Allah. Penginjil Yohanes menunjukkan bahwa kesaksian Pembaptis efektif dalam mengantar dua murid kepada Yesus. 

Yohanes menyimpan gagasan bahwa menjadi murid berarti  meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti guru dengan segala tuntutannya,Yesus bertanya kepada murid-rnurid yang mengikuti-Nya,  Kelak, Yohanes akan menampilkan motif mereka yang mencari Yesus (6:26 dst.), dan kemungkinan peranannya yang diucapkan Ye­sus di sini dimaksudkan untuk menyelidiki motif-motif menjadi murid.[2]

 

Untuk menelusuri lebih lanjut mengenai Pemanggilan murid-murid pertama ini, akan dibagi kedalam beberpa bagian yakni : Konteks dan Teks, Sastra, filologi, Struktur dan pergerakan Teks, Pengarang dan Asal usul teks, Teks pararel, Eksegetis.

 

2.1. Teks dan Konteks 

 

Teks :  35  Pada hari berikutnya, Yohanes sedang berdiri bersama dua orang muridnya, 36  dan ketika dia melihat Yesus berjalan, dia mengatakan, ”Lihat, Anak Domba Allah!” 37  Dan kedua murid itu mendengar dia berbicara, lalu mereka mengikuti Yesus. 38  Kemudian Yesus menoleh dan, karena melihat mereka sedang mengikuti, ia mengatakan kepada mereka, ”Apa yang kamu cari?” Mereka mengatakan kepadanya, ”Rabi, (yang bila diterjemahkan berarti: Guru,) di mana engkau tinggal?” 39  Ia mengatakan kepada mereka, ”Marilah, dan kamu akan melihatnya.” Lalu mereka pergi dan melihat di mana ia tinggal, dan mereka tinggal bersamanya pada hari itu; waktu itu kira-kira jam kesepuluh. 40  Andreas,saudara Simon Petrus, adalah salah seorang dari antara keduanya yang mendengar apa yang dikatakan Yohanes lalu mengikuti Yesus. 41  Orang ini pertama-tama menemui saudaranya sendiri, Simon, dan mengatakan kepadanya, ”Kami telah menemukan MESIAS” (yang bila diterjemahkan berarti: Kristus). 42  Dia membawanya kepada Yesus. Yesus memandangnya dan mengatakan, ”Engkau adalah Simon putra Yohanes; engkau akan disebut Kefas” (yang terjemahannya adalah: Petrus).

Konteks :

Kutipan di atas berada dalam perikop yang bercerita tentang Kesaksian Yohanes dan Pemanggilan murid-murid pertama. Murid-murid itu yang mengikuti Yesus adalah murid dari Yohanes sendiri. kesaksian Yohanes tentang Yesus sebagai “Anak Domba Allah” (Yoh 1:35).

Penginjil Yohanes menampilkan peranan Yohanes Pembaptis, yakni mempersiapakn kedatangan Tuhan (1, 19-28). Perjumpaan dengan Yesus menyadarkan Yohanes Pembaptis bahwa Yesus itulah Tuhan (1, 29-34 bdk dengan pernan Yohanes pembaptis ditampilkan dalam 1, 15). Karena itu Yohanes harus sudah mulai mengundurkan diri, sehingga dalam hal ini, dia memberikan para muridnya sebagai pengikut Yesus (1, 35-45).[3] Dalam hal ini dapat dilihat bahwa setelah Yohanes menampilkan dirinya sendiri perihal peranannya, penginjil merasa saatnya sekarang menampilkan Yesus secara terang-terangan dengan kesaksian Yesus sendiri.

 

Konteks berupa kesaksian Yohanes bukan saja kepada murid-muridnya namun juga kepada orang-orang Israel yang mana sedang setia menantikan Mesias. Sehingga Yohanes dalam kesaksian pertama pada awal-awal prolog ia membicarakan tentang dirinya, tentang siapa dirinya dan tentang apa yang dikerjakannya, sehingga dia mengatakan bahwa dia bukan Mesias. Sehingga pada kesaskian selanjutnya, ia mengatakan bahwa aka nada Dia yang dating kemudian daripadanya. Yang mana ia tunjuk secara langsung pada Yesus.

Adapun hal lainnya yakni Sesungguhnya cerita teks Yoh 1:35-42 sebuah instruksi bagi jemaat Kristen, khususnya bagi mereka keturunan Yahudi, tentang bagaimana Yesus harus diberitakan. Pada jemaat itu agaknya ada jumlah orang yang dahulu mendukung Yohanes Pembaptis. Andreas serta temannya melambangkan para pendukung itu. Dalam pertemuan dengan para pendukung Yohanes Pembabtis yang masih tetap ada pada waktu itu, orang-orang Kristen dapat berkata, bahwa Yohanes sendiri menunjuk kepada Yesus sebagai Mesias/ anak domba Allah.[4]  

Pada dasarnya teks ini menjelaskan tentang bagaimna para murid Yohanes, ketika melihat Yesus, mereka menginginkan untuk mengikutinya. Dikatakan oleh Yohanes dalam teks tersebut ““dimana pada kesesokan harinya berdiri Yohenes, berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata “ Lihatlah Anak Domba Allah”(1:35)”.[5] Teks ini pada hakikatnya diterangkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. 

Terkait dengan konteks. peristiwa keterpanggilan ini berlokasi di tempat Yohanes Pembaptis tampil, yaitu di Yudea (ay 28). Daerah ini merupakan daerah kokoh Yahudi. Semua pelaku dalam Injil ini pun bernama Ibrani atau Aram, seperti Andreas, Simon, Kefas, dan Yohanes).Bagian ini diawali dengan kesaksian Yohanes tentang pribadi Yesus. Yohanes Pembabtis bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah.[6]


2.2. Jenis Sastra

 

Salah satu kekhasan Injil Yohanes adalah memakai dialog untuk mengajarakan inti pewartaan Yesus kepada pembaca. Konkretnya, pengarang Injil menampilkan adegan Yesus yang terlihat dialog dengan tokoh-tokoh yang menjadi wakil tertentu bagi masyarakat tertentu. Di dalam injil Yohanes, dialog sering disusun sedemikian, sehingga lawan bicara seolah-olah menghilang dari percakapan dan dialog, berubah menjadi monolog. Artinya, Yesus yang memulai pembicaraan namun selanjutnya pendengar menghilang dan perkataanNya berubah menjadi wejangan.[7]

 

Dalam Injil Yohanes juga ada karakter berupa wejangan yang menjelaskan tanda, tema atau peristiwa yang dibicarakan. Jenis ini tampak mencolok dan dipakai untuk mengungkapkan perasaan hati yang bergejolak dalam diri para pelaku atau untuk menyatakan makna suatu peristiwa. Jenis ini tidak hanya untuk menghias cerita,  karena ditengah-tengahnya pengarang Inji sering mengungkapkan makna historis peristiwa atau gagasan. Demikian pula pada perikop tentang pemanggilan murid-murid pertama ini.  

 

Pada perikop Yohanes 1:35-45, nampak jelas jenis sastra yang diungkapkan yakni berupa (Pidato) atau seruan yang lantang yakni “Lihatlah Anak Domba Allah”. Seruan ini begitu menggema dan memiliki energi tersendiri sehingga menarik perhatian serta menggugah hati kedua muridnya untuk mengikuti Yesus. Jenis sasatra dalam perikop ini berupa pidato dikarenakan Yohanes melantangkan siap itu Yesus. Identitas Yesus, atas hal ini mendorong dan menyentuh emosi dari kedua muridnya. Dimana setelah kesaksian yang diberikan Yohanes meeka pun mengikutiNya.  

Injil Yohanes juga menggunakan gaya sastra dialog dalam menamplkan kisah-kisah injilnya. Dialog adalah percakapan langsung yang terjadi di antara dua orang atau lebih, atau antara kedua belah pihak. Dalam kisah pemanggilan murid-murid pertama terdapat gaya sastra dialognya, di mana sesi  dialognya terdapat dalam perikop ini, misalkan percakapan antara kedua  murid yang mendengar perkataan Yesus dengan Yesus sendiri (ayat 38-39).

 

2.3. Filologi

 

Pada bagina ini mau menyelidiki  kata- kata atau ekspresi yang ditemukan pada teks Yohanes. Penginjil Yohanes sering menggunakan bahasa kiasan atau berupa lambang-lambang. 

 

Pada ayat 35 “Dua Orang murid” hal ini jika dilihat pada Markus 1:16-20 nampakany seperti catatan yang berbeda mengenai panggilan dari dua murid ini. Tidak jelas berpa banyak kontak sebelumnya yang muncul antara Yeusu dan muri-murid GalileaNya.ada tahapan-tahapan disiplin yang khusus yang terlibat dalam proses menjadi seorna gpengikut sepenuh waktu dari seorang rabi di zaman Yeusu. Prosedur-prosedur ini disebutkan dalam sumber-sumber kerabian namun tidak secara tepat diikuti dalam catata-catatan Injil. Kedua murid yang disebut ialah Andreas (Lih. Ay 40), dan Yohanes(yang tidak pernah menunjukan dirinya dengan nama dalam Injil).

 

Dalam hal ini sitilah Murid dapat berarti, Pertama,  pelajar Keuda, Pengikut. Ini adalah suatu nama mula-mula bagi orang yang percayaaa dalam Yesus Kristus sebagai Mesias Yahudi yang dijanjikan. Dalam hal in ipenting untuk dicatata bahwa panggilan PB untuk muri-murid, bukanlah merupakan keputusan belaka (Lih Mat 13). Kakristenan adalah suatu keputusan awal  (Pertobatan dan imam)

 

Hal ini dapat ditemukan dalam ayat 1:36 diakatakan demikian “Lihatlah Anak Domba Allah”, yang mana merupakan  bentuk metafora pribadi Yesus sebagai seorang guru. Mengapa hal ini dilakukan? Hal ini dilakukan agar supaya kedua muridnya memahami siapakah Mesias yang dia serukan selama ini, dan seketika itu mereka pun langsung mengikuti Yesus. Adapun maksud lain dari pernyataan Anak Domba Allah yang diulang itu (Ay.36) Ketika Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah dalam Yohanes 1:32 dan 1:36, hal ini merujuk pada Yesus sebagai korban yang terutama dan sempurna untuk menebus dosa. 

Pertanyaan yang diberikan Yohens terhadap para muridnya mau mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, dimana di dalam Dia ada keselamatan, ada hidup dan ada jalan. adapun hal lain menyiratkan bahwa kedua murid yan gmengikuti Yesus menangkap sesuat tentang pentingnya Dia ditunjuk Yohanaes. Tidak ada sesuatu dalam narasi yang member kesan bahwa Yohanes pembabptis menduga ada murid-murid yan gkan meninggalkannya. Justru dapat disimpulkan bawha ia melihat hal ini sebgaai bagian dari Misinya sebgai bentara Kristus,. Hanya seorang dari muridnya yang disebut namanya ; yang lain adalah kemungkinan Yohanes, penulis itu sendiri.

 

Pada bagina ini mau menyeldiki  kata- kata juga ekspresi yang ditemukan pada teks Yohanes 1: 37 diakatakn dwmikian “Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.”.  Kata mereka mengikuti Yesus: Mengikuti Yesus berarti tindakan lahiriah yang mengungkapkan keinginan untuk mengiktui Yesus secara rohani. Kata mengikuti berarti karena ada seorang pemimpin yang sudah mendahuli mereka. Mengikuti dalam bahasa Yunani akoloutheo berarti menyusul seseorang. Sehingga pada konteks ini kata ini bermakan metofara yang berarti menjadi murid Yesus.

Mengikuti dalam hal ini juga bahwa kata itu mau menunjukan ada situasi yan grasanya netral dan baru kemudian menjadi komitmen penuh sebagai murid. Jawaban mereka terhadap pertanyaan Yesus dan cara mereka menyapanya sebagai rabbi, memperlihatkan maksud mereka yang sunguh-sungguh untuk mengikutinya. Gelar Rabbi merupakan pemnghoramatan dan bukan menunjukan  kepad seseorang yang telah melalui pendidikan di sekolah-sekolah Rabbi (seperti yang terjadi dikemudian hari).[8] 

 

Pada Ayat 38 Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: apa yang kamu cari?” . Pertanyaan semacam ini merupakan suatu penolakan, tetapi apbila diucapkan dengan lembut tdak demikian. Pertanyaan baliknya adalah, Di manakah Engkau tinggal? Seperti halnya tindakan mereka mengikti Yesus, dapat memiliki makna yang lebih mendalam lagi-apakah rahasia dari kehidupan dan kuasa Rohani-Mu? 

Tempat tingglnya pasti tidak menarik bagi mereka, tetapi percakapan agung yang menyusul tetap membekas di dalam ingatan mereka sebagai kenangan indah. Jika ditelusuri mencari dalam bahasa Yunani Zeteo, biasa diapaki untuk mencari sesuatu yang hilang atau salah tempat tetapi juga dipakai untuk pembelajaran filosofis atau pertanyaan-pertanyaan keagamaan.[9] maksud dari pertanyaan ini adalah untuk mengetahui motif mereka untuk mengikuti Dia. 

Ini mereka lakukan atas kesadaran dan tanpa pekasaan orang lain. Karena nampak jelas ketika Yohanes mengatakn kepada mereka “Lihatlah Anak Domba Allah” secra sepontan mereka pun segerea mengikuti Yesus. Dilanjutkan pula ketika mengetahui bahwa keputusan mereka sudah bulat, mereka balik bertanya “Rabi dimanakah Engkau tinggal?”. Rabi (Kurie) adalah term yang sering digunakan untuk menghormati seseorang secara langsung dan pada bagian ini penginjil mengambilnya sebagai ekspresi kesopanan untuk mengambarkan pertemuan dengan Yesus. [10] Maka akan dilihat, mengapa dalam ayat  39 disebut jam kesepuluh (TB2 : Pukul empat). Sehingga jika Yohanes menggunakan perhitungan waktu normal Yahudi, hal itu mengandung pengertian bahwa mereka akan tinggal di sana sampai akhir hari itu.

 

Sementara dapat dilihat arti dari kata Yunani yakni kata tinggal, dalam bahasa Yunani berarti meno, yang mengambarkan kejadian penting tertentu dalam sejarah penyelamatan, hal ini dilanjutkan karen akesungguhan mereka untuk mengikuti Yeusu maka Ia merespon kesungguhan mereka dengan mengatakan “mari dan kamu akan melihatnya”(1:39). Melihat dalam hal ini dalam pengertian penginjil berarti percaya(Leo Zanchettin:2000.Hal.24).Hal ini berarti yang diamaksudkan bawhwa merek percaya dengan sunguh-sungguh, Yesus adalah Mesias. 

Mengenai hal ini dapat diambil dua hal atau digarisbwahai yakni Pertama, pemuridan merupakan suatu perjalanan, suaru petualangan di mana si murid mempercayakan arah perjalanan kepada sang guru. Kedua, pemuridan meliputi kesempatan untuk mengalami sendiri. Ajakan Yesus terhadap kedua murid tersebut juga telah menjadi ajakan bagi semua manusia tanpa batas umur.(Leo Zanchettin:2000.Hal.25)

 

Yesus adalah Mesias. Istilah Mesias (Ay. 41) dicantumkan oleh Yohanes untuk menolong para pembaca yang bukan Yahudi, baik Mesias dalam bahas Ibrani mapun Kristus  dalam bahas Yunani berasala dari kata dasar yakni yang artinya “Dia yang diurapi”. Walaupun pengurapan dalam perjanjian Lama pengurapan terutama dikhusukan bagi para raja dan para imam, dalam PB konsep itu diterapkan pada Yesus dengan arti yang diperluas , yan gmencakup ide seorang nabi, imam, dan raja yang diurapi. Ada yang menganggap bahwa suatu kontradiksi muncul antara pernyataan ini dan isi injil-injil Sinoptik, yang member kesan bahwa Yesus tidak dikenal sebagai Mesias sebelum Pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi. Tetapi bisa dianggap bahwa di sini para murid hanya mempunyai pemahaman umum tentang makna kemesiasaan itu.

 

2.4. Struktur dan pergerakan teks

 

Penyelidikan structural adalah sebuah penyelidikan internal untuk melihat simfoni dan sinkronisasi di dalam teks itu sendiri. penyelidikan tersebut dibuat dengan tujuan untuk menemukan kekuatan pokok atau kekuatan mendasar yang membangun karakter sebuah teks.[11] Karena itu penyelidikan structural tentu akan membantu mengetahui pembabakan dan organisasi teks yang sistematis. 

 

Berdasarkan informasi kronologis kisah dalam teks, penulis mencoba memberikan struktur sederhana dari perikop Yohanes 1:35-45. Struktur perikop dapat dibuat sebagai berikut:

 

Pembukaan Surat (1:35-36)

 

Dimana pada keesokan harinya Yohanes berdiri dengan dua muridnya, dan ketika melihat Yesus dia katakan “Lihatlah Anak Domba Allah”, lalu kedua murid itu mendengarnya dan mulai saat itu mereka mengikuti Yesus. 

 

Kesaksian Yohanes (1: 37-42)

 

Yohanes mengatakan kepada muridnya tentang siapa Yesus. Dan setelah para murid mengetahui siapa itu Yesus, mereka bergegas mengikuti Yesus dan bertanya tentang tempat tinggal Yesus dan juga sejak saat itu Yesus memanggil mereka untuk mengikuti-Nya. Inilah yang menjadi kesaksian Yohanes tentng Yesus. Dimana pengenalan para muridnya mengenai Yesus sungguh-sungguh membuat Yohanes merasa dipenuhi akan semua tugas yang diberikan kepadanya oleh Bapa.

 

2. 5. Pengarang dan asal-usul

 

Injil Yohanes tidak ditulis tanpa suatu latar belakang dan tujuan. Injil ini ditulis dalam suatu lingkungan, situasi, dan keadaan jemaat yang turut mempengaruhi Penginjil dalam penulisan Injil tersebut. Tulisan yang dihasilkan tidak terlepas dari situasi yang melingkupinya. Situasi ini dapat dirasakan secara fisik maupun spiritual. Penulisan Injil Yohanes juga tidak terlepas dari konsep kehidupan dan konsep teologi yang berkembang pada masa itu. Konsep ini dihidupi dalam jemaat Yohanes pada masa itu, yang ikut mempengaruhi maksud dan tujuan penulisan Injil Yohanes.

 

Tulisan Yohanes menunjukkan bahwa, jemaat Yohanes yang ada pada masa itu telah mengalami perkembangan dalam pemikiran dan iman. Jemaat ini telah mengalami kemandirian dan menjadi generasi awal dalam peradaban kristen.[12] Salah satu rekonstruksi mengenai keberadaan jemaat Yohanes dilakukan oleh Raymond Brown.[13] Brown menyatakan bahwa jemaat Yohanes bermula dari para pengikut Yohanes Pembaptis, yang pada akhirnya menerima Yesus sebagai Mesias dan kepenuhan nubuat para Nabi (bdk. Yoh 1:35-51). Di antara murid Yohanes inilah hadir seorang yang kemudian menjadi sosok murid yang dikasihi Yesus. Juga beberapa figur yang kemudian mempertobatkan orang Samaria (bdk. Yoh 4). Namun, banyak dari kalangan ini yang dapat disejajarkan dengan Yohanes Pembaptis, sehingga munculah pertikaian antara mereka (bdk. Yoh 1:6-9, 3:26,5:35).[14]

 

Kelompok ini kemudian menyadari identitas keilahian dalam pribadi Yesus. Identitas keilahian inilah yang kemudian manjadi bahan pertentangan dengan kelompok Yahudi. Kelompok ini dituduh telah meninggalkan konsep monoteisme yang dijaga ketat dalam tradisi Yudaisme, sebab mereka meyakini Yesus sebagai Tuhan (bdk. Yoh 5:9-10;9:14;5:18;9:22;8:44-48). Konflik ini kemudian berakibat terhadap proses penulisan Injil, sehingga term “orang-orang Yahudi” selalu dihubungkan dengan kelompok Yudaisme yang menolak Yesus (bdk. Yoh 1:9-41).[15] Dalam perkembangan selanjutnya konfik dengan orang-orang Yahudi semakin memuncak dan berujung pada peristiwa pengusiran dari Sinagoga. Pengusiran ini terjadi karena beberapa alasan diantaranya, Pertama, karya misioner kelompok ini semakin berkembang. Kedua, peristiwa kehancuran Bait Allah menimbulkan degradasi penghayatan iman dan identitas dalam kelompok Yahudi.[16] Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok ini kemudian disebut sebagai kelompok tidak taat terhadap otoritas kepemimpinan Yahudi, sehingga diusir dari Sinagoga (bdk. Yoh. 9:22,16:2).[17] Akibat dari pengusiran tersebut adalah pengalaman trauma yang tertanam dalam diri mereka, dan permusuhan dengan orang-orang Yahudi yang tidak dapat dihindari lagi (bdk. Yoh 8:44). Setelah peristiwa itu terjadi proses peralihan dari Sinagoga (bdk. Yoh 9:21-23, 12:42-43) dan kemudian menjadi murid yang dikasihi oleh Yesus.

 

Membahas Injil Yohanes, selalu menarik. Hal ini bukan mengabaikan ketiga Injil lainnya. Tidak demikian. Akan tetapi menelaah Kitab yang ditulis Oleh Yohanes karena ada hal-hal yang unik. Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes sendiri. Di seluruh kita ini dia merujuk pada dirinya sendiri sebgai murid yang dikasihi-Nya atau “Murid yang dikasihi Yesus” hal ini dapat kita lihat pada (Yohanes 13:23; 19-26; 20:2; 21:7). Adapun hal lainnya yakni Yohanes sering mengambarkan Yesus dengan berupa lambang-lambang, ataupun dengan symbol-simbol. Memang ada alas an lainnya mengap harus menggunakan tanda-tanda atau symbol yakni sebagai ungkapan yang hendakan disampaikan namun tidak bbisa diungkpakan dengan kata-kata. Karena symbol itu sendiri merupakan ungkapan dari apa yang dikatakan. Namun bila menggunakan Lambang atau simbol akan menjadi kesulitan bagi orang-orang untuk memahmi apa yang termaktub dalam Injil tersebut. 

 

Pada umumnya diterima bahwa pengarang Injil keempat adalah Rasul yohanes. Sekurang-kurangnya dapat diiterima bahwa Rasul Yohanes menjadi sumber tradisi dalam penulisan injl tersebut. Umum diterima juga bahwa Injil Yohanes ditulis sekitar tahun 90-100. Maka,  Jika ditelaah lebih dalam, Injil Yohanes merupakan sebuah injil yang mana jika ditilik dari segi isinya merupakan suatu bentuk pewarataanyang sangat mendalam dan matang. Hal ini terjadi dikarenakn atas permenungna yang panjang. Ditulis atau dikarang antara tahun 90-1000. Rentetan waktu yang cukup jauh. Penginjil Yohanes juga lebih menekankan segi atau aspek rohani daripada segi jasmani. Sedangkan Injil Sinoptik lebih menekankan segi Jasmani.Tradisi menyebutkan bahwa kota Efesus sebgai tempat penulisan.[18] Adaoun bahasa yang digunakan dalam penulisan Injil Yohanes adalah memaki bahas Aram. Bahasnya agak memuat banyak kata Aram (1: 38,41). Hal ini mau mengatkaan bahwa kemungkinan ditujukan bukan kepad orang Yahudi. 

 

Tujuan dari yang dimaskud penginjil Yohanes adalah untuk menjaga supaya orang yang percya kepada Yesus tidak menjadi sesat tetapi tetap percaya kepada Yesus. Saat dimna Yohanes menulis ada aliran atau ajaran sesat yang menolak keilahian Yesus, yang berusaha menyesatkan orang-orang yang sudah percaya

 

Injil Yohanes, sebagaimana semua tulisan Perjanjian Baru yang lain, ditulis untuk menanggapi kebutuhan dan persoalan umat waktu itu.[19] Persoalan itu dapat dibagi ke dalam dua tantangan atau persolan. Kedua tantangan itu adalah tantangan dari dalam dan dari luar.Pertama, tantanga dari luar. Yang dimaksud dengan hal ini adalah tantangan yang dating dari luar umta Yohanes. Tantangan-tangnan  itu menyerang umat Yohanes yang dianggap sebagai sekte sendiri. Tantangann dari luar berasal dari agama, negara, gnostik dan Yudaisme.

 

2.6. Teks paralel

 

         Dalam teks Yohanes bab 1:32-42 memiliki kesinambungan juga dalam teks-teks Kitab Suci Perjanjian Lama, maupun dalam Perjanjian Baru, dimana diterangkan juga tentang “Yesus adalah Anak Domba Allah” misalnya dalam teks (Yesaya 53:10) tentang Kristus adalah Korban Penebus Salah, lalu dalam (Ibrani, bab 10, dan Rm 8:3), seluruh sistem korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang nantinya akan menjadi korban yang sempurna, yang telah Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya. Dalam kitab (keluaran bab 12:11-13), juga diterangkan demikian, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah supaya malaikat maut melewati mereka “yang ditutupi oleh darah” (Keluaran 12:11-13) merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.

 

2.7. Makna Eksegetis

 

        Yohanes membiarkan Yesus lewat tanpa menjadi pengikut-Nya, tetapi ia memperkenalkan-Nya dengan suatu cara yang menimbulkan gerak baru dalam sejarah keselamatan. Seruannya “Lihat Anak Domba Allah” mendorong dua muridnya sendiri untuk mengikuti Guru baru itu, tanpa mereka mengerti maksud penuh darikesaksian Yohanes tentang Yohanes.

      Kesaksian Yohanes dan kesaksian Andreas dan orang-orang lain membawa pembaca injil kepada Yesus. Kesaksian mereka itu hanya langkah pertama. Pembaca selanjutnya hendaknya membiarkan dirinya dipandang oleh Yesus, dan menjawab pertanyaan-Nya, “Apa yang kamu cari?” Perkataan pertama Yesus dalam injil keempat ini adalah  pertanyaan untuk setiap orang yang digerakan untuk mengikuti Yesus: apa yang sesungguhnya kamu cari? Pertanyaan balasan, “Guru, di manakah Engkau tinggal?” awalnya mungkin suatu pertanyaan dangkal tentang lokasi, tetapi dalam injil ini merupakantitik tolak yang baik untuk perlahan-lahan menemukan di mana Yesus sesungguhnya mempunyai kediaman, yakni di dalam Bapa. Kita diajak untuk diam di disitu pula bersama-Nya.[20]

 

            Pada dasarnya Teologi Injil Yohanes bukan hanya melulu pada Yesus sebagai Logos tetapi, masih ada juga yang lain, yakni selain Yesus dipandang sebagai LOGOS, juga Yesus dipandang sebagai AKU ADALAH”.  Yesus sebagai LOGOS berearti Yesus adalah Sabda yang menjelama menjadi Manusia, dan sebagai AKU ADALAH , berarti Hal penting dari kata “Aku” dalam kitab Yohanes bahwa penggunaannya menambah kewibawaan khusus bagi pernyataan-pernyataan Yesus.  . Dalam perikop (Yoh 1:35-42) sebenarnya pesan teologinya adalah soal keterpanggilan, baik itu panggilan lahiriah maupun bantiniah. Yohenes menggambarkan keterpanggilan para murid Yesus sebagai model keterpanggilan batiniah sekaligus lahiriah, karena apa? Karena para murid yang di panggil itu berasal dari latar belakang sekaligus karakter yang berbeda. Selain itu juga Yohanes menekankan peryataan-peryataan Krsitologis dalam pikiran para pendengarnya, maka dari itu para pelakunya muncul dalam adegan-adegan singkat secara berurutan yang melampaui informasi yang diperlukan. Kesaksian-kesaksian tersebur menunjukan bahwa perhitungan utama injil adalah kristologi.[21] Melalui prosedur ini Yohenes juga ingin menunjukan proses perkemabngan jemaatnya, dalam pemahaman mereka tentang Yesus: dengan bergerak dari lingkungan Yohanes pembaptis kepada pribadi Yesus, yang secara bertahap dikenal sebagai Anak Domba Allah. maka dapat disimpulakan bahwa teologi teks ini selain membicarakan tentang keterpanggilan para murid Yesus, juga membicarakan bagaimana dan siapa itu Yesus.

 

                                       

                                                                                                 BAB III

 

                                                                                              PENUTUP

 

Kesimpulan

 

                  Dalam bacaan injil Yohanes tentang  dua murid Yohanes yang  mau mengikuti Yesus sebagai Anak Domba Allah.  Tidak ada sesuatu dalam  narasi  yang memberi kesan bahwa Yohanes pembaptis menduga  ada murid-muridnya yang akan meninggalkannya. Justru ia melihat hal itu sebagai salah satu misinya sebagai bentara Kristus.  Hanya seorang dari kedua murid itu  yang disebut namanya;  yang lain kemungkinaan adalah Yohanes penulis itu sendiri.  Dalam ide mengikut yang diterangkan pada ayat. 38 rasanya netral  dan baru kemudian menjadi  komitmen penuh sebagai murid.  Jawaban mereka dan pertanyaan Yesus dan cara mereka menyapanya sebagai Rabi memperlihatkan maksud yang sungguh-sungguh untuk  mengikutinya.  Gelar rabi merupakan penghormatan  dan bukan menujuk  kepada seseorang yang  telah melalui pendidikan sekolah-sekolah  rabi (seperti yang terjadi kemudian).  Istilah Mesias  yang dicantumkan oleh Yohanes untuk menolong para pembaca buku  Yahudi. Baik Mesias dalam bahasa Ibrani maupun kristus dalam bahasa Yunani berasal dari kata dasar yang artinya “ Dia yang diurapi”.[22]  

 

       Dalam ayat 42  ada penekanan yang jelas atas hubungan pribadi antara Andreas, Simon dan Yesus. Sekli lagi, ada perbedaan antara injil Yohanes dan injil sinoptik dalam hal kapan nama Petrus diberikan kepada Simon. Disini nama itu diberikan pada awal pelayanan Yesus, sedangkan dalam Matius bab 16;18 nama itu dipertegas sesudah pengakuan Petrus.  Paling tidak sampai saat itu ada tiga murid yang disebut mengikuti Yesus. Tetapi Yohanes menyebut dua orang lagi sebelum ia memulai riwayat pelayanan Yesus dalam pasal 2.  Dalam Hal Filipus, Yesuslah yang mengambil prakarsa dengan memanggil dia untuk mengikuti-Nya. Kemudian Filipus disebut beberapa kali dalam Injil ini. (Bab 6: 5, 12:21, 14: 8).  Rupanya ia seorang yang berfikir praktis.  Pokok kesaksian ini sangat penting  dalam injil ini, maka cara Petrus dan Natanael  dibawa kepada Yesus sangat berarti. Kesaksiaan ini merupakan suatu cara yang berhasil  untuk menuntun orang menjadi murid Yesus.

 

            Maka dengan hal itu semua ini dapat dilihat bahwa motivasi mereka untuk mengikuti Yeusu diperjelas dalam dialog mereka dengan Yesus. Dialog antara Yesus dan dua murid Yohanes yang mengikutiNya berkisar pada tema tentang apa yang mereka cari. Adapun hal lainnya yakni yang bias dicermati dari Teks ini adalah relasi antara Yesus-Yohanes dan para murid. Dalam kisah ini atau pada perikop ini ditampakan dengan sangat jelas bahwa murid-murid pertama Yesus semula adalah murid-murid Yohanes. Mereka datang kepada Yesus bukan karena direbut olehNya, tetapi karena ditunjukan oleh Yohanes .

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alkitab           

 

Alkitab, Lembabaga Alkitab Indonesia (LAI), Jakarta, 2001.

 

Buku-buku

 

 Bergant,  Diane., CSA Dan Robert J. Karris, OFM, (Editor), Tafsir Alkita Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2002)

 

 

Brown, R.E., An Introduction to The New Testament, (New York City: St. Paul Publications, 1993).

 

 

Carason, D.A.DKK(Ed), Tafsiran Alkitab Abad ke-21, 3 Matius –Wahyu. (Jakarta: Yayasan Kouminikasi Bina Kasih, 2017).

 

 

E.Collins, Raymond.,John and HIs Witness (Makati City : ST. Paulus, 1994.

 

 

Groenen, C.,Pengantar Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1984).

 

 

Jaubert,  A., Mengenal Injil Yohanes, (Yogyakarta: Kanisius, 1980)

 

 

M.Laymon,Charles (ed)., The Interpreter’s One-Volume Commentary on the Bible.

 

 

Suharyo,I..  Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru, (Naskah), FTW.

 

________, Membaca Kitab Suci Mengenal Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1994).

 

 

Widiwiyata,A. S.,Tafsir Injil Yohanes, Cet I (Yogyakarta : Kanisius, 2008).

 

 

Modul

  

    Boy, M.V., Sejarah Deuteronominum (Modul), (Kupang: FFA Unwira, 2008).

 

    Mali, Mateus, Paham Hidup dalam Injil Yohanes,(Skripsi), (Yogyakarta Jurusan teologi sitematik fakultas teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,1994).

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun