James datang dengan membawa gagasan yang mengejutkan tetapi halus, yaitu suatu keyakinan bisa mendahului bukti, bahkan menciptakan kenyataan, di tengah kondisi dunia yang sedang menuntut bukti sebelum kita boleh percaya pada sesuatu. "Percayalah bahwa hidup ini layak dijalani, dan keyakinanmu akan membantu mewujudkan kenyataan itu," salah satu kata-katanya yang terkenal. Meskipun tampak sederhana, tapi ini berhasil mempengaruhi perubahan besar dalam cara kita memahami tentang hubungan antara pikiran dan dunia. Inilah inti dari gagasannya dalam The Will to Believe: Kita tidak perlu menunggu kepastian sebelum bertindak, justru keberanian yang ada pada diri kita untuk bertindak tanpa kepastian adalah cara kita mulai menciptakan dunia kita sendiri.
Contoh ketika seseorang yang kehilangan arah, pekerjaan, dan harapan secara bersamaan. Nietzsche akan berkata, "Cintailah penderitaan itu," Stoik akan berkata, "Terimalah dengan lapang dada," namun James akan menyemangati dengan berbisik, "Percayalah dulu bahwa hidupmu masih berarti dan lihat bagaimana keyakinan itu mulai menciptakan makna yang baru." Di sinilah nilai tersembunyi dari teori James, yaitu bukan sekadar berpikir positif, tetapi berpikir secara eksistensial yang produktif.Â
Perbandingan teori James dengan Stoik dan Nietzsche
James, Stoikisme, dan Nietzsche memiliki perspektif berbeda tentang bagaimana manusia harus menyikapi kehidupan. Stoikisme menekankan penerimaan realitas apa adanya untuk mencapai ketenangan batin (ataraxia), sebagaimana dikatakan Seneca, "Kami menderita lebih banyak dalam imajinasi daripada dalam kenyataan." Nietzsche mendorong manusia untuk mencintai kehidupan, termasuk penderitaannya, dengan berani mengatakan "ya" pada semua pengalaman hidup. Namun, James menegaskan bahwa keyakinan dapat membentuk kenyataan, pikiran dan keyakinan positif dapat mengubah dunia. Berbeda dengan Stoikisme dan Nietzsche yang mengajarkan penerimaan dunia yang sudah ada, James justru percaya pada kemungkinan menciptakan dunia yang belum ada.
Contohnya dua orang yang menderita penyakit yang sama, kita dapat melihat inti pemikiran James: keyakinan adalah kekuatan yang nyata, bukan sekadar sikap mental. Pasien yang yakin mereka akan sembuh mungkin bertindak, berpikir, dan merespons pengobatan dengan cara yang berbeda, yang dapat berdampak pada hasil akhirnya. James percaya bahwa keyakinan tidak menunggu bukti atau hasil, melainkan keyakinan berarti berpartisipasi secara aktif dalam proses menghasilkan hasil itu sendiri. Dengan percaya terlebih dahulu, kita membuka jalan agar hidup kita bisa menjadi lebih baik.
5. Albert Ellis (1913--2007) -- Filsuf dan Psikolog Modern Model ABC