Hubungan dengan "Amorfati"
Konsep "Amor Fati", yang memiliki arti mencintai takdir, merupakan bentuk tertinggi dari sikap "Ja Sagen" yang diajarkan Nietzsche. Nietzsche mengajak kita untuk benar-benar mencintai setiap bagian dari kehidupan termasuk penderitaan, kegagalan, dan kesedihan, sebagai bagian yang indah dan penuh makna. Bukan hanya menerima nasib atau hidup dengan pasrah. Nietzsche pernah menulis:
"Amor Fati: may this be my love! ... Not merely to bear what is necessary, still less to conceal it, but to love it." Dengan kata lain, "Amor Fati" adalah rasa cinta yang paling dalam terhadap hidup, mencintai takdir tanpa syarat, sedangkan "Ja Sagen" adalah sikap aktif untuk mengatakan "ya" pada hidup secara keseluruhan.
Hubungan dengan Pemikiran Demokritos
Teori Demokritos  berpendapat bahwa segala sesuatu terdiri dari atom (yang berarti "tidak dapat dibagi"). Gagasan ini mirip dengan pandangan kehidupan Nietzsche. Menurut Nietzsche, kehidupan harus diterima secara keseluruhan, tanpa dibagi menjadi "bagian yang baik" dan "bagian yang buruk". Kehidupan adalah seperti atom yang tidak dapat dipecahkan. Oleh karena itu, Nietzsche menentang perspektif moral konvensional yang membagi dunia menjadi dua pilihan: baik---jahat, atau suci---dosa. Ia berpendapat bahwa kehidupan harus diterima secara keseluruhan, termasuk kebahagiaan dan kesusahan, karena itu merupakan satu kesatuan realitas yang tidak dapat dipisahkan.
Contoh kasus dan penerapan, seseorang kehilangan pekerjaan karena diberhentikan secara paksa oleh perusahaan. Jika ia bersikap biasa, ia akan merasa hancur, kecewa, menyalahkan keaadan, atau bahkan menyalahkan diri sendiri. Namun, jika ia bersikap dengan menerapkan "Ja Sagen" dan "Amor Fati", ia akan berusaha menerima, menerima bahwa ini bagian dari perjalanan hidupnya, meskipun pahit namun ia akan mencintai pengalaman ini sebagaimana ia mencintai keberhasilannya. Dari sini ia bisa memiliki semangat untuk belajar dan bangkit kembali. Nietzsche ingin kita hidup dengan sepenuh hati, tanpa menyesali atau menolak apa yang telah kita lakukan di masa lalu. Penderitaan juga dianggap sebagai kekuatan kreatif kehidupan. Hidup bukan untuk menyesali apa yang telah kita lakukan, tetapi untuk menegaskan dan mencintai. Menurut Nietzsche, inilah bentuk tertinggi dari kebebasan, kekuatan, dan keaslian.
4. William James (1842--1910) -- Filsuf dan Psikolog Amerika
William James, seorang filsuf dan Psikolog asal Amerika tidak hanya memberikan tafsiran ringan dari filsafat Stoa atau ide Amor Fati Nietzsche. Ia justru menghasilkan revolusi epistemologis yang signifikan dalam cara berpikir manusia. James percaya bahwa iman atau keyakinan tidak perlu menunggu bukti. Â Melainkan keyakinan itu sendiri dapat mendahului dan bahkan menciptakan fakta. Jika Nietzsche dan Stoik mengajarkan kebijaksanaan menghadapi dunia, Â James mengajarkan kebijaksanaan untuk menciptakan dunia melalui kekuatan percaya. Dan di situlah kejutannya, bukan menerima takdir atau mencintainya, tetapi dengan percaya kamu mampu membuat takdirmu sendiri.