Mohon tunggu...
ALIYOGA FEBRIYANTO
ALIYOGA FEBRIYANTO Mohon Tunggu... PENGAMAT SEMESTA

Sebagai manusia pada umumnya, saya hadir dengan segala kelebihan dan kekurangan. Merayakan hidup dalam kesederhanaan, menemukan keindahan dalam hal-hal kecil, dan belajar dari setiap langkah. bagaimana menurut kalian tentang kalimat " jika seseorang tidak mampu di ingatkan melalui ucapan maka akan diingatkan dengan suatu kejadian". apakah masih berarti jika adab dan ilmu tanpa kejujuran. 1%

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kebahagiaan dan Kesedihan

12 September 2025   11:00 Diperbarui: 12 September 2025   10:58 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puncak Kebahagiaan yang Menggebu

Semua berawal dari perasaan yang meluap-luap. Momen itu adalah saat mimpi terbesar dalam hidup akhirnya terwujud. Setelah bertahun-tahun berjuang, bekerja keras, dan menunda banyak hal, saya berhasil mencapai apa yang saya inginkan. Rasanya seperti ada gelombang listrik yang mengalir di seluruh tubuh. Saat itu, semua orang yang saya sayangi ada di samping saya, memberikan dukungan dan turut merayakan.

Ada sorakan, tawa, dan tangis haru. Setiap senyum terasa begitu tulus. Saya merasa benar-benar hidup,. Dunia terasa penuh warna dan harapan. Di momen itu, saya percaya bahwa hidup ini adil dan semua yang kita perjuangkan pasti akan membuahkan hasil. Itu adalah puncak kebahagiaan yang sangat murni, di mana tidak ada keraguan, hanya ada rasa syukur yang tak terhingga.

Jurang Kesedihan yang Teramat Dalam

Namun, tidak lama setelah itu, hidup memutarbalikkan segalanya. Datanglah sebuah kenyataan pahit yang menghantam dengan begitu kuat, lebih sakit dari apapun yang pernah saya rasakan. Ada kehilangan yang begitu besar, seolah-olah sebagian dari jiwa saya ikut menghilang. Rasanya seperti langit yang cerah tiba-tiba runtuh dan semua cahaya menghilang.

Rasa sakit itu bukan hanya emosional, tapi juga fisik. Dada terasa sesak, sulit bernapas, dan air mata terus mengalir tanpa bisa dikendalikan. Semua kenangan indah dari momen kebahagiaan yang baru saja saya rasakan terasa begitu jauh dan menyakitkan. Saya merasa sendirian, meskipun banyak orang di sekitar saya. Perasaan hampa dan bingung merayap, membuat saya bertanya-tanya, mengapa semua ini harus terjadi setelah kebahagiaan yang begitu luar biasa?

Pembelajaran dari Keduanya

mengajarkan saya bahwa kebahagiaan dan kesedihan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidup. Puncak kebahagiaan membuat saya mengerti arti syukur dan menghargai setiap momen. Sementara itu, jurang kesedihan mengajari saya tentang ketahanan, kekuatan, dan arti sebenarnya dari dukungan. Rasa sakit yang teramat dalam memaksa saya untuk mencari makna baru, untuk bangkit kembali, dan menemukan kekuatan yang tidak pernah saya tahu ada di dalam diri saya.

Kedua kejadian itu, baik yang paling membahagiakan maupun yang paling menyakitkan, membentuk siapa saya hari ini. Saya menjadi lebih peka, lebih kuat, dan lebih menghargai setiap detik dalam hidup. Kejadian itu tidak hanya menjadi kenangan, tapi juga fondasi yang kokoh untuk menghadapi masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun