Mohon tunggu...
Ali Wasi
Ali Wasi Mohon Tunggu... Lainnya - Aparatur Sipil Negara

Seorang ASN dari Tahun 2015 s.d. sekarang, yang semula gemar menulis cerita fiksi menjadi rutin menulis analisis informasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Menggenggam Dunia (6) Bertemu Ratih

29 April 2024   06:28 Diperbarui: 2 Mei 2024   09:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kicauan burung berirama, menghiasi pagi. Suara ayam berkokok mengiringi Mentari mewarnai dunia. Semilir embun pagi yang dingin tetapi sejuk, menyusuk sukma hingga membuatku bersemangat memulai hari ini.

Tubuhku kembali segar, ketika dibasuh oleh air yang cukup dingin. Kehangatan Mentari pagi menyinari dan menghangatkan tubuh ini.

Berbeda dengan Rahmat, ia sangat kedinginan. Rasanya untuk pertama kali ia harus mandi sepagi ini. Memang suhu di pedesaan ini cukup dingin, sehingga setelah mandi pagi membuat ia ingin berselimut.

Pagi hari, aku membuatkan mie instan untuk sarapan pagi dan dua gelas susu untukku dan Rahmat. Rahmat berselera dengan apa yang aku buat. Semoga saja, Rahmat tidak merasakan jenuh dengan yang kuperbuat.

Jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Aku dan Rahmat beranjak menuju sekolah, yang tak jauh dari tempat kita tinggal. Terlihat anak-anak desa dengan pakaian seragam, menuju sekolah mereka. Sedangkan Rahmat masih menggunakan pakaian lusuh untuk menuju sekolah.

Tenang saja Rahmat, setelah diterima masuk sekolah, aku akan membelikan segala keperluan sekolahmu.

Saat tiba di sekolah, kami segera menuju ruang guru. Kami menjelaskan kepada salah satu guru berkumis tipis dan berbadan tinggi, bahwa Rahmat akan mendaftarkan diri di sekolah ini.

Melalui persyaratan ini dan itu dalam proses yang lama, akhirnya Rahmat diperbolehkan untuk bersekolah di Sekolah Dasar di desa ini. Ia mulai dari kelas satu, seharusnya dengan umur delapan tahun ia sudah berada di bangku kelas tiga. Tetapi tak apa, hanya beda dua tahun, tak jadi masalah. Lagipula Rahmat sangat senang bisa bersekolah layaknya anak-anak yang lain, ditambah kegembiraan sebab ia sekolah dengan teman-teman sepermainan termasuk Saiful.

Hari ini kami berdua disibukkan untuk membeli peralatan sekolah, mulai dari seragam, buku pelajaran, alat tulis, sepatu, tas, dan masih banyak untuk keperluan sekolah.

Hari ini Rahmat sudah dapat menerima, untuk kepergian ibundanya. Tak ada raut muka sedih, yang terlihat. Aku senang melihat ia senang.

Setelah selesai membeli perlengkapan sekolah, aku mengajak Rahmat pergi berbelanja untuk bahan makanan. Rahmat setuju dan kami pergi ke pasar terdekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun