Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (6) Ditinggal di Tiflis!

2 Desember 2020   09:09 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:38 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Memangnya kalau minum itu bisa pusing?” tanya Seva polos.

“Iya lah… kalau banyak bisa mabok…” jawab Yuri, “Apalagi kalau minum chacha…”

Setelah sepakat, berangkatlah anak-anak yang dikenal dengan sebutan Geng Kura itu. Sebutan itu sebetulnya diberikan oleh Geng Volga yang oleh mereka disebut Geng Sotoy. Tapi Soso dan kawan-kawan tak pernah memberi nama kelompoknya sendiri, bahkan mereka tidak merasa sebagai geng yang kemana-mana selalu bersamaan.

Tujuan mereka adalah Benteng Uplistsikhe yang jaraknya sebetulnya cukup jauh, sekitar tujuh atau delapan kilometer dari rumah Soso, perlu setidaknya dua jam berjalan kaki ke arah barat menyusuri tepian Sungai Kura. Tapi namanya anak-anak dan punya niat bersenang-senang, jarak segitu bukan lagi halangan.

Benteng Uplistikhe terletak di perbukitan batu, menghadap ke arah sungai. Konon dulunya itu adalah perkampungan batu. Orang-orang membuat rumah dengan cara membuat gua pada bebatuannya. Ada juga yang menyebut gua itu adalah tempat peribadatan kaum pagan, kepercayaan pra-Kristen. Setelah agama Kristen masuk, di atas puncak bukit –di atas gua-gua itu dibangun sebuah biara, Basilika Christina. Ketika kerajaan Kartli –sebelum bergabung dengan Kakheti dan Imereti menjadi cikal bakal Georgia—diserang oleh pasukan Muslim, Uplistsikhe dijadikan benteng pertahanan, meski gagal, karena Kartli dan Kakheti akhirnya dikuasai oleh Persia. Tapi kisah Uplistikhe berakhir pada abad ke-14 ketika pasukan Mongol dari utara menyerangnya dan memporak-porandakannya. Pemukiman itu benar-benar ditinggalkan, dan Basilika Christina hanya tinggal puing-puingnya saja. Sejak itu, Uplstsikhe jadi kota mati, hanya dikunjungi orang sesekali, bahkan pernah dijadikan sarang penyamun karena letaknya tak jauh dari jalan utama Gori ke Tiflis.

Layaknya para penyamun itu, Soso dan kawan-kawan juga menjadikan Uplistsikhe sebagai tempat bermain dan bersembunyi kalau mereka berniat melakukan sesuatu yang nyeleneh. Sebelumnya, mereka pernah ke sini untuk mencoba merokok. Devo membawa cangklong bapaknya, dan Yuri mencuri tembakau dari kedai bapaknya. Waktu itu lebih rame, selain mereka berempat, juga ikut Peter Kapanadze alias si Peta, dan Giori Elisabedashvili alias si Gigi. Tapi dua anak itu makin ke sini makin jarang ikut, mungkin sudah pada kapok dihajar orangtuanya masing-masing.

Sampai di Uplistsikhe, empat anak itu duduk di depan sebuah pintu gua, tak jauh dari reruntuhan Basilika Christina. Tak ada orang di sekitar situ, mungkin karena sudah menjelang sore. Kalau pagi sampai siang, mereka sering bertemu dengan penggembala kambing yang mengaso. Kadang ada juga orang yang pulang menangkap ikan dari Sungai Kura, kebetulan di depan benteng ada empat pulau kecil di tengah sungai. Di jalur sungai antara pulau-pulau kecil itulah mereka menjaring ikan, lebih mudah tapi berbahaya arusnya. Soso pengen banget nyoba mancing di situ, tapi ia takut kalau harus memancing sendirian, jadi nggak pernah terlaksana.

Setelah duduk berkeliling, Yuri mengeluarkan botol yang dibawanya. Ia membuka sumbat kayu, lalu menghirup aromanya dan tersenyum lebar, “Enak sekali baunya…” katanya. Devo merebutnya dan ikut menghirup aromanya, lalu Seva dan Soso.

“Kayaknya bukan bau anggur, tapi bau chacha…” kata Soso.

“Sotoy ah… darimana kamu tau?” tanya Yuri. Sebagai ‘pemilik’ barang, ia agak tersinggung dengan omongan Soso.

“Kalau bapakku minum anggur, baunya nggak kayak gitu…” jawab Soso. “Itu bau kalau bapakku mabok berat, biasanya kalau dia minum chacha!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun