Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (6) Ditinggal di Tiflis!

2 Desember 2020   09:09 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:38 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*****

Sepeninggal Mak Keke Soso menjinjing tasnya kembali mendekati bangunan pabrik itu. Hanya saja, karena ia tak bisa melongok ke dalam, ia lalu memilih untuk mendekati bagian kiri bangunan yang dekat dengan Sungai Kura itu. Lahannya penuh dengan semak pohon anggur liar, dan nyaris di tepian sungai yang landai, tumbuh sebatang pohon juniper yang menyendiri. Soso berjalan mendekati pohon itu, lalu duduk di bawahnya. Lumayan teduh dan adem. Pandangan Soso menerawang ke seberang sungai, bagian elit kota Tiflis terlihat jelas dari situ. “Rupanya kita berjodoh…” bathin Soso, seolah ngobrol dengan kota itu. “Hanya saja aku tinggal bukan sebagai pelajar, calon pendeta, tapi buruh pabrik sepatu… Jangan-jangan nasibku akan seperti Bapak, menjadi tukang sepatu, frustasi, mabok.. ah…”

Soso jadi teringat saat pertama kalinya ia mabok karena minuman. Saat itu usianya sepuluh tahunan. 

Yuri, anak Pak Koba, pegulat yang punya losmen dan kedai minum datang menemui Soso. Ia bersama dengan dua temannya, Josef Iremashvili yang biasa dipanggil Seva, dan Josef Davrichewy yang di rumahnya juga dipanggil Soso, tapi di luar dipanggai Devo oleh teman-temannya, terutama untuk membedakan dengan Soso. Devo yang usianya setahun di bawah Soso adalah anak Pak Damian Davrichewy, anggota polisi di Gori. Soal bandel, Soso dan Devo nyaris setara, hanya saja Devo kalah nekat dari Soso. Kalau ketemu Geng Sotoy, ia memilih kabur. Soalnya mereka pernah berantem, dan pulangnya Devo dihajar habis-habisan sama bapaknya.

Yuri memanggilnya agar Soso mendekatinya. Dari balik bajunya, ia mengeluarkan sebuah botol. “Aku mencuri anggur dari kedai Bapak…” kata Yuri dengan berbisik.

“Anggur apa chacha?” tanya Soso yang tahu bedanya minuman mahal dengan minuman murahan, meski ia sendiri tak tahu bagaimana membedakan keduanya.

“Anggur lah, masak aku nyolong chacha…” jawab Yuri yakin. “Kau belum pernah nyoba kan?” tanyanya.

Soso menggeleng. “Ayo, masuk rumahku, kita minum…” katanya.

“Eeeh jangan…” Devo menimpali, “Kalau ketahuan ibumu, terus lapor Bapakku, habis aku…”

Soso nyengir.

“Kita ke Uplistsikhe saja. Di sana aman, kalau pusing-pusing sedikit nggak bakalan ada orang tahu…” kata Devo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun