Lama pula Mak Keke meninggalkan kereta. Soso mulai gelisah. Ia turun dari kereta. Tapi tak berapa lama Mak Keke keluar dari gedung itu bersama seorang lelaki setengah baya berperut buncit, kulitnya tampak pucat seolah tak pernah terkena sinar matahari. Mak Keke melambaikan tangan pada Soso. Soso berjalan mendekatinya. “Ini Joseph, anakku…” kata Mak Keke pada lelaki itu.
Lelaki itu memperhatikan Soso dari kepala sampai kaki sambil bergumam tak jelas. “Berapa umurnya?” tanyanya.
“Limabelas…” jawab Mak Keke.
“Ia sekacau bapaknya?” tanya lelaki itu.
“Tidak. Dia rajin…” tukas Mak Keke.
“Mmmm…” lelaki itu bergumam lagi, “Tak ada posisi untuknya. Mungkin sementara jadi pelayan pekerja lain, mengambilkan bahan dan lain-lain…” kata lelaki itu.
“Tak apa…” kata Mak Keke. Soso sendiri mulai menebak-nebak.
“Paling dua kopeck sehari… tinggi-tingginya tiga…” kata lelaki itu lagi.
“Tak apa…” kata Mak Keke lagi.
“Ya sudah… suruh dia tunggu sampai aku selesai kerja!” kata lelaki itu sambil meninggalkan Mak Keke dan Soso.
“Siapa dia Mak?” tanya Soso.