 Lebaran telah sungguhan kian dekat. Grup tadarusan saya sudah bersiap untuk melaksanakan seremonial khataman. Open order ketupat opor di warung tetangga pun sudah dimulai.
Yang punya kampung halaman dan berencana mudik tengah bersiap untuk mengepak bawaannya. Yang hendak mudik dengan kendaraan pribadi sudah mulai cek ricek kondisi kendaraannya. Yang hendak naik transportasi umum pasti telah membeli tiket jauh-jauh hari sebelumnya.
Namun, jangan lupa. Pastikanlah rumah aman manakala ditinggal mudik. Aman dari kerlingan nakal mata maling. Aman dari kompor yang lupa dipadamkan. Aman dari kebocoran atap tatkala hujan turun menderas. Pun, aman dari segala ancaman tak terduga lainnya.
Ngomong-ngomong mengenai keamanan rumah saat ditinggal mudik, kita sesungguhnya bisa juga minta tolong kepada tetangga dekat yang tidak mudik. Sekadar menengok sesekali. Hanya saja, perihal minta tolong ke tetangga ini butuh langkah pendahuluan yang panjang. Tidak bisa ujug-ujug.
Mana mau tetangga dimintai tolong, kalau kita saja tak pernah beramah tamah dengannya? Nah, di sini poin utamanya. Kita wajib berbuat baik kepada tetangga. Kapan pun. Sebab, tetangga adalah orang terdekat kita. Tetanggalah yang bakalan duluan membantu, kalau ada apa-apa dengan kita.
Intinya kita wajib berikhtiar untuk mengamankan rumah saat mudik. Akan tetapi, jangan kemudian lupa untuk berpasrah diri kepada-Nya. Karena rumusannya jelas, yaitu 99% usaha kita untuk mengamankan rumah bernilai manusiawi, sementara 1% lainnya adalah keputusan dari Allah SWT.
Percayalah. Semaksimal apa pun daya upaya yang kita kerahkan untuk mengamankan rumah, jika memang Allah SWT memberikan takdir tidak aman, ya tidak bakalan aman. Sepakat?
Salam.
