Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

KEKUASAAN KATA [5]: Buku Kecil di Meja Guru

18 September 2025   12:06 Diperbarui: 18 September 2025   12:06 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Ia tak punya uang untuk cetak. Maka, ia fotokopi sendiri, jilid dengan benang dan karton bekas. Judulnya sederhana: "Mengajar dengan Hati: Catatan Seorang Guru yang Belajar dari Muridnya."

Awalnya, hanya 10 eksemplar. Dibagikan ke guru-guru di sekolahnya. Tapi tak disangka guru-guru itu membacanya, lalu menangis. Lalu memfotokopi lagi, membagi ke sekolah tetangga. Lalu kepala sekolah dari kecamatan sebelah datang, meminta izin mencetak ulang.

Dalam setahun, buku kecil itu tersebar ke 37 sekolah. Tanpa ISBN. Tanpa royalti. Tanpa nama besar di sampul. Hanya tulisan kecil di pojok: "Ditulis oleh Yosef guru biasa yang percaya: anak-anak adalah guru terbaik."

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Lima tahun kemudian...

Rani, murid yang dulu suka membaca buku catatan Pak Yosef sekarang jadi guru honorer di sekolah dasar yang sama. Di mejanya, ada buku kecil yang ia tulis sendiri: "Belajar dari Pak Yosef: Menulis untuk Mengingat, Mengajar untuk Menyembuhkan."

Di halaman pertama, ia tulis:

"Pak Yosef mengajari saya satu hal: menulis kisah bukan untuk dipamerkan, tapi untuk dipahami. Bukan untuk diingat namanya, tapi untuk diwariskan maknanya. Dari beliau, saya belajar: kasih bisa dirajut lewat kata-kata. Dan kata-kata itu (jika ditulis dengan jujur)  bisa jadi petuah yang hidup, lama setelah penulisnya tiada."

Pak Yosef pensiun tahun lalu. Ia tak punya rumah mewah atau mobil baru. Tapi di ruang tamunya, ada rak penuh berisi buku-buku kecil kiriman dari mantan muridnya, dari guru-guru muda yang terinspirasi, bahkan dari orang tua yang menulis: "Terima kasih, Pak. Karena membaca buku Bapak, saya belajar jadi ayah yang lebih sabar."

Suatu sore, cucunya bertanya, "Kakek, kenapa Kakek senang banget nulis? Kan nggak dapat uang?"

Pak Yosef tertawa kecil. Lalu ia jawab pelan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun