Alya tersenyum. "Di kereta. Ia memberi tempat duduk untuk seorang ibu tua. Dan saat itu, aku tahu: lelaki ini punya hati yang layak untuk dicintai."
Raka menambahkan, "Dan aku tahu, perempuan yang berdiri di dekatku itu... mungkin akan jadi ibu dari anak-anakku suatu hari nanti."
Semua tamu tertawa. Beberapa menangis.
Karena di tengah hiruk-pikuk dunia yang semakin cepat, di antara orang-orang yang sibuk dengan ponsel dan tujuan, ada dua jiwa yang bertemu karena sebuah tindakan kecil: memberi tempat duduk.
Dan dari tempat duduk itu, tumbuh cinta.
Dari cinta itu, lahir sebuah janji.
Dan dari janji itu, mereka berdiri di pelaminan, di stasiun, di antara deru kereta dan doa-doa yang terbang ke langit.
***
Sekarang, setiap kali KA Probowangi lewat di Madiun, kondektur selalu menyapa,
"Hati-hati, jangan rebut kursi prioritas. Nanti malah ketemu jodoh, nikah di stasiun, dan jadi legenda kereta api!"
Dan di sudut gerbong, kadang terlihat sepasang sepatu bekas (milik Alya dan Raka) digantung di tiang besi, sebagai simbol:
Di mana pun kita berdiri, selama hati kita mau memberi tempat, cinta akan datang, dengan tiket pulang pergi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI