Beberapa hari yang lalu, tepatnya Sabtu, minggu yang lalu, juga Sabtu, 23/8/2025, saya melihat ada alumni yang bermain ke sekolah. Murid pendidikan menengah, baik yang di SMA maupun SMK, di daerah kami setiap Sabtu memang libur.
Mereka hanya masuk lima hari, sejak Senin hingga Jumat. Kebijakan ini sudah berlangsung lama. Sekalipun setiap hari efektif masuk sekolah pulangnya lebih sore ketimbang murid pendidikan dasar, rasanya lebih enak karena Sabtu libur.
Jadi, pada akhir pekan mereka memiliki libur lebih panjang, Sabtu dan Minggu. Sehingga, kalau mau mengadakan acara pada akhir pekan lebih memiliki waktu longgar.
Adanya waktu yang longgar ini yang oleh mereka, di antaranya, dimanfaatkan bermain ke sekolah asal. Kalau tak ada waktu longgar, mustahil mereka, yang notabene alumni, bermain ke sekolah.
Toh begitu, kadang ada juga yang bermain ke sekolah pada hari efektif masuk sekolah. Mereka masih tampak berseragam pendidikan menengah.
Dari bincang-bincang dengan mereka akhirnya dapat diketahui bahwa alumni bermain pada hari efektif masuk sekolah karena mereka pulang lebih awal. Di sekolah, katanya, sedang ada rapat.
Baik yang bermain pada Sabtu karena libur sekolah maupun yang bermain pada hari efektif masuk sekolah, selama ini, tak mengganggu keberlangsungan pembelajaran di sekolah.
Sehingga, mereka kami beri ruang untuk menikmati suasana yang ada. Ada yang mengobrol di kantin, yang tentu sembari menikmati jajanan dan minuman yang dijual di kantin.
Ada juga yang mengobrol di salah satu area, yang menurut mereka representatif. Misalnya, bersila di lantai. Di gazebo. Di kursi dan meja yang tersedia di pinggir lapangan.
Jika bertemu dengan guru, mereka selalu menyapa dan berjabat tangan. Bahkan, ketika ada guru yang sekalipun jauh dari mereka, mereka berusaha menghampiri, lalu menyapa, memberi salam, dan menjabat tangan.