"Kapan ini mulai terjadi?" tanya Maya pelan.
Reza menarik napas panjang. "Aku... aku nggak tahu. Aku merasa kita udah jauh berbeda, Maya. Kita kayak robot. Aku merasa hidup lagi di dekat dia."
Maya menangis. Tapi air matanya bukan hanya karena sakit, tapi juga kecewa. "Jadi kamu memilih pergi ke orang lain, bukan ke aku?"
**
Pertengkaran tak terhindarkan. Maya meminta Reza pergi dari rumah untuk sementara waktu. Ia butuh waktu, untuk dirinya sendiri dan untuk Arga.
Beberapa hari setelahnya, Reza memohon agar diberi kesempatan memperbaiki semuanya. "Aku menyesal, Maya. Aku khilaf. Tapi aku masih cinta kamu dan Arga."
Maya menatapnya, matanya sembap. "Aku juga masih cinta kamu. Tapi cinta nggak cukup kalau kamu udah hancurin kepercayaanku."
Mereka mencoba berbicara, mencari jalan keluar. Tapi setiap kali Maya memandang Reza, ia tak bisa menghilangkan bayangan Luna di sampingnya.
**
Beberapa minggu berlalu. Reza mencoba berubah. Ia lebih sering pulang, membantu mengantar Arga ke sekolah, dan menghindari komunikasi dengan Luna. Tapi Maya masih sulit mempercayainya.
Hingga suatu sore, Maya menemukan pesan baru di ponsel Reza: "Aku kangen. Kapan kita bisa ketemu lagi? Aku janji, perlahan-lahan aja. Aku nggak mau kehilangan kamu."