Maya mulai menyelidiki. Bukan dengan cara yang dramatis, tapi dengan kepekaan seorang istri yang tahu suaminya sedang bersembunyi. Ia melihat notifikasi yang muncul, melihat ekspresi wajah Reza saat menerima panggilan, dan mencium aroma parfum asing di bajunya.
Luna adalah seorang manajer marketing di salah satu proyek Reza. Perempuan itu muda, cantik, dan penuh percaya diri. Maya pernah melihat fotonya di media sosial. Senyumnya manis, tapi di mata Maya, kini terlihat seperti senyum yang merusak hidupnya.
**
Puncaknya terjadi di sebuah malam hujan. Reza mengatakan akan pulang malam karena ada rapat. Maya, yang biasanya diam saja, memutuskan untuk menunggu. Jam menunjukkan pukul 11 malam ketika Reza akhirnya membuka pintu.
"Kamu belum tidur?" tanyanya kaget.
Maya duduk di meja makan, dengan secangkir teh hangat di depannya. "Aku mau bicara."
Reza melepas jaketnya, tatapan matanya menghindar. "Ada apa?"
"Siapa Luna?"
Wajah Reza berubah. Untuk sesaat, ia terdiam. "Dia... teman kerja. Ada apa dengan dia?"
"Jangan bohongi aku, Reza," suara Maya mulai bergetar. "Aku tahu. Aku tahu kalian sudah bertemu, kau makan malam dengan dia, dan kau menginap di hotel."
Reza tak menjawab. Hanya diam, dengan ekspresi bersalah.