Refleksi Seorang Psikiater Tangerang: Belajar Membumikan Kesehatan Jiwa di Tokyo
oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM
Psikiater, Praktik di Tangerang, Banten
Berada di Tokyo untuk Joint Congress Pacific Rim College of Psychiatry dan World Association of Cultural Psychiatry 2025 mengingatkan saya pada kompleksitasnya praktik sehari-hari di klinik saya di Tangerang.
Setiap hari, saya berhadapan dengan pasien dari latar belakang sosial dan budaya yang beragam, dari masyarakat urban yang modern hingga mereka yang masih sangat kental dengan nilai-nilai tradisi Banten. Kongres ini mengukuhkan keyakinan saya: pendekatan kesehatan jiwa yang efektif haruslah kontekstual.
Sebagai latar belakang, PRCP didirikan pada tahun 1980 sebagai organisasi yang berfokus pada isu-isu kesehatan jiwa di kawasan Pasifik.
Selama lebih dari empat dekade, PRCP telah menjadi wadah kolaborasi riset antarpsikiater muda, serta memajukan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesehatan jiwa di negara-negara berkembang.
Tahun 2025 ini menjadi momentum istimewa karena menandai kongres ke-21 PRCP, yang untuk pertama kalinya digelar bersama dengan WACP, sebuah asosiasi global yang menaruh perhatian besar pada dimensi budaya dalam psikiatri.
Budaya Bukan Penghalang, Tapi Pintu Masuk
Sesi pembukaan yang dibawakan Profesor Helen Herrman langsung menyentuh esensi. Beliau menekankan bahwa kesehatan mental adalah masalah hak asasi manusia yang harus dilihat melalui kacamata lintas budaya.
Dalam praktik saya, ini sangat nyata. Bukan hal aneh jika seorang pasien dari daerah sekitar Serang atau Cilegon lebih dulu mendatangi orang pintar atau ustaz sebelum akhirnya datang ke saya dengan beban gangguan kecemasan atau depresi.