Virgen Oferente: Perawan yang Memersembahkan dalam Misteri Penebusan
Dalam tradisi Katolik, Perawan Maria dikenal dengan berbagai gelar yang mencerminkan peran uniknya dalam sejarah keselamatan: Bunda Allah, Perawan Tak Bernoda, dan Bunda Gereja. Salah satu gelar yang mendalam dan penuh makna adalah Virgen Oferente, atau Perawan yang Memersembahkan.
Gelar ini menyoroti Maria sebagai figur yang tidak hanya menerima kehendak Allah dengan ketaatan penuh, tetapi juga secara aktif mempersembahkan dirinya dan Putranya, Yesus Kristus, dalam misteri penebusan. Melalui lensa teologis, Maria Oferente menjadi teladan bagi Gereja dan setiap umat beriman dalam menjalani hidup sebagai kurban yang hidup bagi Allah.
Dalam tulisan ini saya akan mengeksplorasi makna Maria Oferente melalui tiga dimensi utama: peran Maria dalam mempersembahkan Yesus, partisipasinya dalam kurban salib, dan implikasinya bagi kehidupan rohani umat Kristen.
Maria: Penerimaan dan Persembahan dalam Pemberitaan Kabar Gembira
Perjalanan Maria sebagai Virgen Oferente dimulai pada momen Pemberitaan Kabar Gembira (Lukas 1:26-38), ketika malaikat Gabriel menyampaikan bahwa ia akan mengandung Putra Allah. Jawaban Maria, "Fiat mihi secundum verbum tuum" ("Jadilah padaku menurut perkataanmu"), adalah titik awal dari ketaatannya yang radikal. Namun, lebih dari sekadar penerimaan pasif, fiat ini merupakan tindakan persembahan aktif.
Maria tidak hanya menyerahkan tubuhnya sebagai tempat kediaman Sang Sabda, tetapi juga menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani rencana Allah. Seperti yang dinyatakan dalam dokumen Marialis Cultus oleh Paus Paulus VI, Maria adalah "Virgen Oyente, Orante, y Oferente" (Perawan yang Mendengarkan, Berdoa, dan Memersembahkan), yang dengan hati terbuka menyerahkan diri kepada kehendak ilahi.
Persembahan Maria ini bukan tanpa pengorbanan. Sebagai seorang perawan muda di Nazaret, ia menghadapi ketidakpastian sosial dan risiko penolakan karena kehamilannya di luar perkawinan. Namun, dengan iman yang kokoh, ia memilih untuk menjadi "hamba Tuhan" (Lukas 1:38).
Dalam konteks ini, Maria Oferente menunjukkan bahwa persembahan sejati kepada Allah melibatkan keberanian untuk mempercayakan diri sepenuhnya kepada-Nya, bahkan ketika jalan ke depan tampak penuh dengan ketidakpastian.
Maria menjadi teladan bagi setiap orang beriman yang dipanggil untuk mempersembahkan hidup mereka dalam ketaatan kepada Allah, sebagaimana dikatakan oleh Paus Yohanes Paulus II: "Setiap orang Kristen adalah imam dalam imamat umum, yang mengikat umat Kristen untuk hidup dalam persembahan kepada Allah, berpartisipasi dalam Ekaristi."
Maria di Bait Allah: Persembahan Yesus sebagai Misteri Keselamatan
Peran Maria sebagai Virgen Oferente semakin jelas dalam peristiwa Penyampaian Yesus di Bait Allah (Lukas 2:22-40). Menurut hukum Musa, Maria dan Yusuf membawa Yesus ke Yerusalem untuk mempersembahkan-Nya kepada Tuhan, sebagaimana ditentukan untuk setiap anak sulung (Keluaran 13:2, 12).
Namun, seperti yang ditegaskan oleh Paus Paulus VI, tindakan ini bukan sekadar pemenuhan hukum formal. Maria dan Yusuf mempersembahkan Yesus sebagai "misteri keselamatan," sebuah tindakan yang melampaui ritual dan menunjukkan keterlibatan mereka dalam rencana penebusan Allah.
Dalam peristiwa ini, nabi Simeon mengungkapkan bahwa Yesus akan menjadi "tanda yang menimbulkan pertentangan" dan bahwa "pedang akan menembus jiwa" Maria (Lukas 2:34-35). Nubuat ini menandakan bahwa persembahan Maria tidak akan bebas dari penderitaan.
Sebagai Virgen Oferente, Maria tidak hanya mempersembahkan Putranya, tetapi juga menerima panggilan untuk berpartisipasi dalam penderitaan-Nya. Penderitaan ini bukanlah hukuman, melainkan bagian dari misteri penebusan, di mana Maria, dengan hati yang penuh kasih, bersatu dengan kurban Putranya.
Dalam refleksi ini, Maria Oferente menjadi simbol Gereja yang dipanggil untuk mempersembahkan diri dalam kasih dan penderitaan demi keselamatan dunia.
Maria di Kaki Salib: Puncak Persembahan
Puncak peran Maria sebagai Virgen Oferente terjadi di kaki salib (Yohanes 19:25-27). Di sana, Maria berdiri dengan tabah, menyaksikan penderitaan dan kematian Putranya. Konsili Vatikan II menegaskan bahwa Maria, dengan "hati keibuan," bersatu dengan kurban Yesus, bahkan mempersembahkan-Nya kepada Bapa sebagai korban penebusan.
Dalam momen ini, Maria bukan hanya ibu yang berduka, tetapi juga pendamping rohani yang berpartisipasi dalam kurban ilahi. Ia menjadi Virgen Oferente dalam dua cara: sebagai ibu yang mempersembahkan Putranya dan sebagai korban yang mempersembahkan dirinya sendiri bersama Yesus.
Yesus, dari salib, mempercayakan Maria kepada murid yang dikasihi dan murid itu kepada Maria, dengan berkata, "Inilah ibumu" (Yohanes 19:27). Tindakan ini memperluas peran Maria dari ibu Yesus menjadi Bunda Gereja. Seperti yang dijelaskan dalam Vatican News, Maria menerima "suplemen keibuan" yang menjadikannya ibu dari semua orang yang ditebus oleh Yesus.
Sebagai Virgen Oferente, Maria tidak hanya mempersembahkan Yesus, tetapi juga mempersembahkan kasih keibuannya kepada umat manusia, menjadikannya teladan bagi Gereja dalam melayani dan berkurban demi orang lain.
Implikasi bagi Kehidupan Rohani Umat Kristen
Peran Maria sebagai Virgen Oferente memiliki implikasi mendalam bagi kehidupan rohani umat Kristen. Pertama, Maria mengajarkan bahwa persembahan sejati kepada Allah memerlukan ketaatan dan pengorbanan. Seperti Maria, umat beriman dipanggil untuk mengatakan "fiat" kepada kehendak Allah, bahkan ketika itu berarti menghadapi penderitaan atau ketidakpastian.
Kedua, Maria menunjukkan bahwa persembahan tidak selalu berupa tindakan besar, tetapi juga dapat diwujudkan dalam kesetiaan sehari-hari, seperti doa, pelayanan, dan kasih kepada sesama.
Dalam konteks liturgi, Maria Oferente menginspirasi umat Kristen untuk berpartisipasi secara penuh dalam Ekaristi, di mana kurban Yesus dihadirkan kembali. Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa umat beriman harus meneladani Maria dengan menjadikan hidup mereka "ibadah kepada Allah" melalui partisipasi dalam Misa.
Dengan menel location: adani Maria, Gereja dan setiap orang beriman dipanggil untuk menjadi "Virgen Oferente," yang mempersembahkan hidup mereka sebagai kurban yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah (Roma 12:1).
Kesimpulan
Maria Oferente adalah gambaran yang kaya dan mendalam tentang peran Perawan Maria dalam misteri penebusan. Dari Pemberitaan Kabar Gembira hingga kaki salib, Maria mempersembahkan Putranya dan dirinya sendiri dengan kasih, iman, dan pengorbanan yang tak tergoyahkan.
Sebagai Virgen Oferente, ia menjadi teladan bagi Gereja dan setiap umat beriman dalam menjalani hidup sebagai persembahan kepada Allah. Dalam dunia yang sering kali menolak pengorbanan demi kepentingan pribadi, Maria mengajak kita untuk merangkul panggilan ilahi dengan hati yang terbuka, meneladani ketaatannya yang penuh kasih.
Dengan menempatkan Maria Oferente sebagai pusat refleksi rohani, kita diingatkan bahwa jalan menuju keselamatan selalu melibatkan persembahan: persembahan yang, seperti Maria, membawa kita lebih dekat kepada Allah dan sesama.
Marilah, selama bulan Maria ini kita memersembahkan seluruh hidup dan perjuangan kita untuk menjadi putra dan putri Maria yang sungguh berserah pada kehendak Allah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI