oleh : Alfitria Hasanah
1. Puisi : Rumah yang Tidak lagi Ramah
Semua tidak lagi sama sejak hari itu
Rumah yang kini tidak lagi ramah dan tidak ingin berdamai.
HIngga sebuah keberadaan rasa tenang
selalu dipertanyakan kehadirannya.
Aku tak lagi dapat berpikir jernih,
membenci amarah, namun aku selalu mengeluarkan amarah.
Sejak saat itu pula
banyak harapan dan impian yang pergi tanpa berpamitan.
Sejak saat itu pula
Aku mulai kehilangan arah
Mungkinkah aku juga kehilangan diriku?
Aku tidak tahu
dapatkah aku membuka mataku yang telah lama tertutup.
Aku tidak paham
dapatkah semua akan baik-baik saja?
Banyak sekali yang ingin kupertanyakan pada Tuhan
tentang rasa sakit yang nyatanya belum kunjung pergi.
Tuhan, tetaplah disisiku.
Tubuhku yang kecil membutuhkan peluk hangat
dan membutuhkan tuntunanMu.
Sungguh, diriku yang terlalu rapuh
tidak pernah ingin tersesat jauh.
2. Puisi : Menghukum Diri Sendiri
Aku sempat berpikir bahwa hidup ini akan berakhir
Berakhir sebelum waktu yang telah ditentukan
Tidak tahu arah dan menghukum diri sendiri.
Jika ditanya, kenapa dan apa alasannya?
Sungguh aku tak pernah mampu menjawab.
Dia pergi membawa semua kebahagiaan,
sehingga kebahagiaan yang nampak adalah kepalsuan.
Dia pergi merampas berbagai impian dan harapan.
Aku tidak tahu harus berbuat apa,
Aku tidak mengerti mengapa semua ini terjadi.
Hingga datang sebuah pertanyaan dalam lubuk hatiku.
Mengapa kehidupan ini tidak adil?
Mengapa kebahagiaan belum juga kunjung datang?
Kemudian sadar mengatakan padaku
Hidup memang kerapkali terasa tidak adil.
Tetapi percayalah bahwa Allah Maha Adil
Hidupmu ini begitu sangat adil,
Tuhan  selalu ingin melihat hamba-Nya
bersimpuh dan berdo'a kepada-Nya.
Kebahagiaan berasal dari hati yang kita miliki,
Carilah kebahagiaan dengan meninggalkan kesedihan.
3. Puisi : Racun Hati
Aku mencoba untuk memahami
Kupikir segalanya tidak akan berkelanjutan
kupikir semua masih dibatas wajar,
namun nyatanya semua semakin parah dan merusak.
Racun telah masuk dalam hati,
aku tidak dapat membaca pikiran apalagi isi hati.
Luka harus segera sembuh,
racun harus segera musnah.
Kehidupan harus tetap berjalan baik.
Kepada hati,
jangan menumpuk sampah didalamnya,
hati yang murni
tidak pantas terpenuhi oleh bangkai.
4. Puisi : Melawan Rasa Sakit
Hari itu,
diri terasa begitu letih.
Rasa takut datang menghampiri kembali
Rasanya ingin berlari sejauh mungkin
bersembunyi seorang diri untuk menyembuhkan rasa sakit.
Kejadian hari itu membuatku benar-benar bingung.
Kini, aku sedang belajar untuk memaafkan.
Memaafkan mereka yang telah menciptakan luka begitu dalam.
Kini, kusudahi segala rasa takut
diri yang terlalu hebat, tidak pernah pantas untuk menjadi seoarng pecundang.
Kulawan segala kegelapan yang menyerang,
jika memang perlu akan kulawan diri sendiri
tanpa pernah menyakiti ataupun melukai.
Diriku tenang,
karena aku percaya bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Aku hanya sedang beristirahat sejenak
bukan berhenti apalagi berpaling.
Aku hanya sedang mencoba untuk memahami diri sendiri,
setelah kepercayaan yang pernah kutitipkan,
dihancurkan tanpa tersisa setitik pun.
Sampai disini,
aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri
karena tetap melangkah untuk melawan rasa sakit.