Mohon tunggu...
Alfito Rizky Arayana
Alfito Rizky Arayana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mencoba hal baru sebagai penulis mingguan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Sistem Komunikasi Masyarakat Perkotaan dan Perdesaan

21 Juni 2022   02:00 Diperbarui: 12 Juli 2022   02:29 7569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbedaan antara Masyarakat perkotaan dan Pedesaan

Alfito Rizky Arayana-04020521047-E2

Ilmu Komunikasi-Fakultas Dakwa & Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya

Abstrak

Kehidupan bermasyarakat  merupakan bagian terpenting dalam sebuah kehidupan. Hal tersebut didapati karena dalam kehidupan masyarakat merupakan sebuah identitas dari adanya kehidupan. Dikatakan sebagai masyarakat karena didalamnya terjadi proses interaksi satu dengan yang lainnya yang ditandai dengan proses komunikasi. adanya proses komunikasi itulah kemudian muncul istilah manusia sebagai makhluk sosial. Pada proses komunikasi didalamnya terdapat bagian yang mengatur bagaimana bentuk dan proses terjadinya komunikasi berlangsung yang disebut sebagai sistem komunikasi. sistem komunikasi adalah satu kesatuan dari beberapa unsur yang saling melengkapi sehingga menjadi sebuah sumber informasi yang telah disepakati bersama yang kemudian bisa untuk disampaikan.  Komunikasi yang berlangsung di masyarakat terbagi menjadi dua kelompok. Berdasarkan letak geografisnya terdapat kelompok masyarakat kota dan masyarakat desa. keduanya memiliki ciri khas masing-masing yang membedakan.   Maka dari itu sistem komunikasi yang berlaku pun secara otomatis juga berbeda. Tergantung bagaimana masyarakat  menyepakati dan menerapkan di dalam masyarakat.

Kunci : Kehidupan, Masyarakat Kota dan Desa, Sistem Komunikasi

PENDAHULUAN

Sejak adanya sekumpulan komunitas manusia yang terdapat dari beberapa masyarakat yang menjadi satu kesatuan dalam sebuah wilayah merupakan bentuk dari adanya sistem yang terikat satu dengan yang lainnya. Salah satunya adalah membentuk masyarakat berdasarkan letak geografisnya. Yakni antara masyarakat di wilayah perkotaan dan perdesaan.

 Kita tahu bahwa dalam kehidupan bermasyarakat mustahil bagi kita untuk tidak melakukan aktifitas sosial yakni berkomunikasi dan berinteraksi sesama masyarakat. Namun tidak jarang juga kita mengalami sebuah kendala baik dalam berkomunikasi ataupun berinteraksi. Apalagi kita hidup di Indonesia dengan berbagai bentuk model masyarakatnya yang sangat beragam. 

Maka dari itu dibutuhkan sebuah sistem komunikasi yang mengatur terkait bagaimana proses interkasi dan komunikasi itu berlangsung di masyarakat pada masing-masing wilayahnya yakni perdesaan dan perkotaan.

Komunikasi yang berlangsung pada masyarakat perkotaan cenderung lebih pada berkomunikasi secara interpersonal dimana jarang dilakukakan interaksi yang dilakukan secara langsung oleh warga sekitar[1]. Namun ketika berada di Perdesaan maka berbeda ceritanya. Ketika melihat sistem komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat perdesaan, t

ingkat interaksi antar sesamanya berbanding terbalik dengan masyarakat perkotaan dan proses komunikasinya biasanya lebih banyak dilakukan. Terkait hal tersebut kami dalam makalah ini akan membahas bagaimana bentuk dari komunikasi yang terjalin di perkotaan di manakah perbedaan antara komunikasi di pedesaan dengan komunikasi perkotaan.  

ISI

A. Masyarakat dan Sosiologi

Berdasarkan konsep dari Peter L. Berger, dikatakan bahwa masyaraat merupakan suatu kesuluruhan kompleks antara hubungan manusia yang luas sifatnya. Hal ini menegaskan maksud dari keseluruhan kompleks yaitu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan. 

Misalnya, dalam tubuh manusia yakni terdapat bagian-bagian yang membentuk suatu sistem organik biologis, seperti otak, jantung, hati, dan paru-paru. Kesatuan dari bagian-bagian tersebut membentuk sebuah sistem yang disebut manusia. 

Demikian pula dengan masyarakat yang didalamnya terdiri atas bagian-bagian yang membentuk hubungan sosial.  Perlu diketahui bahwasannya hubungan sosial yang terbentuk dipastikan secara teratur dalam artian semua harus sesuai dengan sistem yang berjalan. 

Oleh sebab itu, Berger mendifinisikan Masyarakat sebagai suatu sistem yang saling berinteraksi seperti yang disinggung diatas yakni pada latar belakang. Adapun denifisi sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari keseluruhan daripada tingkah laku kehidupan manusia dalam suatu lingkungan dimana manusia saling berhubungan sehingga terjadi interaksi dalam segala lini kehidupan.     

Istilah sosiologi sebagai salah satu cabang ilmu sosial pertama kali digunakan oleh ilmuwan Perancis yaitu August Comte pada tahun 1842 sehingga sering disebut sebagai Bapak Sosiologi. Ia mempunyai pengaruh besar pada teoritisi sosiolog seperti Herbert Spencer dan Emile Durkheim. 

Selain itu Sosiologi juga berkembang di Jerman yang juga tidak terlepas dari pemikiran-pemikiran yang dilahirkan oleh para sosiolog-sosiolog yang mungkin tidak asing terdengar oleh kita yakni seperti Marx, Weber, Hegel, Kant, serta George Simmel dengan teori sosiologi yang dikemas oleh masing-masing tokoh.[1]  

B. Masyarakat Perdesaan


Masyarakat desa merupakan bagian pemerintah terkecil dalam sebuah negara khsusunya di Indonesia. Poerwadarminta 1976 dalam kamusnya mengatakan bahwa desa secara fisik adalah sekelompok rumah diluar kota yang merupakan kesatuan, kampung (diluar kota): dusun; 2 dusun atau udik (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan dari kota.

Dikutip dalam buku The Random house Dictionary 1968, village adalah “a small cummunity or group of house in a rural usually smaller than a town and sometimes incorporated as a municipality”. Lebih lanjut bahwa masyarakat kecil disini diartikan sebagai masyarakat di daerah masyarakat pedesaan. 

Pada umumnya kehidupan masyarakat desa meliputi urusan-urusan yang merupakan tanggung jawab bersama dan terikat pada norma-norma atau adat, tradisi tertentu yang mereka taati bersama. Luas wilayah desa biasanya tidak terlalu luas dan terisi oleh sejumlah keluarga yang kemudian berkembang. Jumlah penduduknya tidak begitu banyak bahkan sebagian besar masih ada famili keluarga dari sesepuhnya terdahulu.

 Selain itu penduduknya Mayoritas kerja bidang agraria. Uniknya masyarakat desa memiliki sikap yang lebih sensitif apalagi ketika ada permasalahan. Tak jarang hingga terjadi keributan antar warga namun dari itu hubungan kerabatan dan keharmonisan antar warga terjaling kuat sekali.

C. Ciri-Ciri Masyarakat Desa

            Setelah mengetahui pengertian dan beberapa karakter masyarakat desa secara umum. Maka selanjutnya adala ciri-ciri dari masyarakat desa.

1. Sederhana.

 Hal ini menjadi ciri-ciri yang utama pada masyarakat desa yang mana sebagian besar masyarakt desa hidup dalam kesederhaan.

2.  Mudah Curiga

Seperti yang disinggung diatas bahwa masyarakat desa sangatlah sensitif dimana ketika tetangganya melakukan kesalahan pada warga lainya atau tidak mengikuti kegiatan emak-emak makan

3. Menjujung tinggi Adab (unggah-ungguh)

 saya sendiri setiap hari masih menerapkan hal tersebut yaitu menjungjung tinggi kesopanan salah satuya adalah ketika bertemu orang tua.

4. Guyub, Kekeluargaan 

seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa masyarakat desa rasa kekeluargaanya sangatlah  erat hingga ada yang mengatakan “mendarah daging hingga sanubari”

5. Opo anane, lugas

            Itu merupakan salah satu ciri yang umum. Mereka tidak sempat bahkan tidak perlu memikirkan apakah apa yang dibicarakan itu menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain, sederhananya apa adanya.

6. Menghargai (ngajeni)

            Masyarakat desa sangat memperhitungkan kebaikan dari orang lain yang pernah diterimanya sebagai patokan untuk membalas budi. Balas budi dalam hal ini tidak selalu dalam bentuk materi namun lebih kepada bentuk pengahargaan sosial atau istilah Jawanya disebut dengan Ngajeni

7. Suka Gotong Royong

            Dikatakan suka gotong royong karena setiap ada kegiatan warga baik bersih-bersih, renov rumah, perayaan hari besar hingga hajatan. Hajatan inilah yang unik di masyarakat desa dimana ketika salah satu warga ada yang sedang mempunyai hajat nikah atau khitanan biasanya dengan serta merta mereka akan bahu membahu untuk membantu kelancaran hajatan “duwe gawe”.

8. Religius 

            Mungkin ini menjadi yang terakhir yakni religius. Mengapa hal ini terjadi pada masyarakat desa? Yaa karena kehidupan keagamaan di desa lebih aktif tidak hanya di tempat ibadah namun ada yang dari rumah ke rumah, sebagian memiliki kegiatan rutinan yang bernuansa keagamaan. 

Misalnya : tahlilan, istighisah, maulid dziba’ atau shalawatan.

D. Sistem Komunikasi Masyarakat Perdesaan

ibu-ibu-saling-membantu-tetangga-yang-berhajatan-62b3e8e3bb44862d22445454.jpeg
ibu-ibu-saling-membantu-tetangga-yang-berhajatan-62b3e8e3bb44862d22445454.jpeg

Sistem komunikasi yang digunakan oleh masyarakat desa cenderung berbentuk sistem komunikasi interpersonal yaitu pesan yang disampaikan dari orang satu ke orang yang lainnya, berita disampaikan secara lisan dan disaat itu juga terjadi feedback sehingga masyarakat desa dapat lebih kompak dan harmonis.

Sebagian besar masyarakat yang tinggal di pedesaan membutuhkan upaya dan program untuk meningkatkan kualitas pembangunan agar tidak tertinggal dalam masyarakat perkotaan. Oleh karena itu fiperlukan keterlibatan nyata berupa partisipasi masyarakat langsung untuk mendukung program pemerintah. 

Dan salah satu media yang dapat digunakan sebagai sarana supaya masyarakat dapat terlibat dengan menggunakan media rakyat. Ini terbukti efektif dan tidak pernah mengubah kehidupan masyarakat tradisional. Sebagai contoh yang saya temukan

di desa saya yakni sound system yang digunakan pemuka agama (modin) dalam bertausiyah dan memimpin istighosah. Hal tersebut sangat bermanfaat dalam membantu pemuka agama dalam menyalurkan informasi kepada masyarakat yang lainnya.

            Selain itu terdapat juga media yang dipergunakan dalam proses penyampaian informasi pada masyarakat desa  yakni:

  • Media Sosial (group Whatsapp). Media sosial ini sekarang memiliki 2 opsi pemnfaatannya yakni menggunakan komunikasi tatap muka (Vidio Call) dan juga grup Pesan Whatsapp dalam bentuk komunikasi antar personal maupun komunikasi kelompok. Proses pelibatan anggota sangat penting disini. Media rakyat ini efisien, murah, mudah, pada dasarnya setara, interaktif, relevan secara budaya, legal, inheren lokal, fleksibel, menghibur dan sekaligus ramah. Dijelaskan, sangat dipercaya oleh masyarakat sekitar yang merupakan kelompok sasaran utama. Seperti halnya pengumuman penimbangan bayi yang disiarkan serentak digrup WA ibu-ibu pada masing-masing dusun.
  • Media rakyat. Media rakyat dipilih karena sudah sering muncul dalam bentuk kesenian daerah atau kebudayaan tradisonal sekaligus sebagai wahana untuk memperkenalkan dan memberikan pesan-pesan pembangunan kepada pemerintah desa dan juga masyarakat pedesaan. Media rakyat berupa kesenian rakyat (folk culture) sudah ada dan menyatu pada kehidupan masyarakat setempat, sehingga dinilai mudah digunakan sebagai sarana penyebarluasan informasi baik kesenian maupun politik. Media rakyat memungkinkan komunitas masyarakat untuk berpartisipasi, merasakan anime panggung dan terlibat dalam penciptaannya, memungkinkan penyampaian pesan pembangunan dengan disisipkan secara implisit dan kreatif sehingga terasa menyatu dengan media rakyat yang lebih efektif.

E. Masyarakat Perkotaan


Masyarakat perkotaan pada umumnya dikenal sebagai masyarakat yang modern. Lebih lanjut bintarta mengemukakan bahwa Kota ditandai sebagai suatu sistem jaringan kehidupan yang sangat padat dengan sistem ekonomi yang heterogen dan materialistis.

terbukti tentang bagaimana konsentrasi budaya yang asli tergerus oleh pengaruh luar yang tidak alami dan tidak wajar. Bisa juga diartikan sebagai pembesaran dimana pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen  dan materialisy dalam kaitannya dengan kehidupan lain.

F. Ciri-Ciri Masyarakat Perkotaan

            Bob Andrian dalam jurnalnya menyimpulkan hasil observasi dan pengamatan, ditemukan beberapa fenomena manarik pada masyarakat perkotaan tentang budaya komunikasi yang berlangsung yakni:

  • Kehidupan keagamaan tidak lebih banyak dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Biasanya Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan yang bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.
  • Orang kota pada umumnya lebih individual atau bahasa alusnya secara mandiri.
  • Masyarakat kota kehidupan antar keluarga sukar untuk disatukan, hal ini terjadi karena beberapa faktor seperti keyakinan, politik dan sebagainya.
  • Pemikiran daripada masyarakat kota lebih rasional
  • Interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.
  • Perubahan sosial yang terjadi di kota akan sangat mudah. Hal ini disebabkan karena mudahnya budaya luar masuk ke dalam
  • Orang-orang kota bekerjanya kebanyakan dikantor atau ruang yang tertutup sehingga tidak terpengaruhi oleh iklim dan cuaca. (Khairuddin, 2000: 13-15).

Dari delapan kesimpulan itulah karakter masyarakat perkotaan yang menjadikan perbedaan dengan masyarakat perdesaan. Selain itu tidak sedikit juga proses transmigrasi dari kota ke desa hanya untuk mencari ketenangan.

G. Sistem Komunikasi Masyarakat Perkotan

Sistem komunikasi yang terbentuk pada masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut.

Ini dapat dilihat dari mata pencaharian, pendidikan, kepercayaan, cara berinteraksi, dan

media yang digunakan dalam berkomunikasi.

1. Kepercayaan

Berbicara tentang kepercayaan, masyarakat lebih mempercayai hal yang fiktif, rasional dan pragmatis. Hal tersebut dikarenakan oleh kemajuan teknologi yang sudah disebutkan diatas tadi. Namun ada sebagian masyarakat juga masih ada yang mempercayai hal-hal yang ghoib dijadikan sebagai ilmu spiritual untuk kemudian dijaga dan diamalkan.

2. Pendidikan

Beberapa tahun ini jarang ditemui anak-anak perkotaan tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Hal ini dipicu oleh perubahan sosial atau kemajuan suatu sistem pendidikan.

4. Interaksi

Berbicara mengenai interaksi masyarakat kota, kehidupan di sana cenderung mengarah individual dan kurang mengenal sesama wargai sekitar meskipun tempat tinggalnya berdekatan. Walaupun masyarakat di perkotaan tergolong masyarakat yang heterogen. (R. Bintarto, 1989: 45). Misalnya, khotbah-khotbah di masjid raya mantup menggunakan bahasa Indonesia.  Tidak banyak pemuda berinteraksi di daerah masjid.

5. Media Yang Digunakan

Seperti yang kita ketahu bagaimana penggunakan media sebagai sarana sistem kounikasi yang ada pada kota-kota. mulai dari koran, surat kabar , media sosial. Selain itu kebanyakan pos satpam selalu terisi televisi bahkan ketika pertandingan Indoenesia sering dilakukan nonton bareng yang memanfaatkan  proyektor layar lebar. Dan ketika diadakan acara warga terkadang memanfaatkan teknologi HT.

Kesimpulan

Dalam kehidupan bermasyakat tak lepas dari nama interaksi sosial salah satunya melalui komunikasi. Dimana hal-hal yang mendasar hinga merinci pada sistem komunikasi dimanfaatkan sebagai proses pernyataan dan pengungkapan identitas diri kepada khalayak, maka selanjutnya akan terbangun kontak sosial dengan masyarakat baik yang berada di perdesaan maupun perkotaan. 

Maka dari itu sistem komunikasi yang terbentuk pada masyarakat perkotaan Ini dapat dilihat dari mata pencaharian, pendidikan, kepercayaan, cara berinteraksi, dan media yang digunakan dalam berkomunikasi. 

Sedangkan pada masyarakat perdesaan dilihat dari interaksi yang berkaitan pada keyakinan, adat-istiadat, pendidikan, mata pencaharian (ekonomi) dan juga interaksi yang gunakan pada penggunan media yang dipergunakan dalam proses komunikasi

REFERENSI

Bintarto, R, Intruki Desa-kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989.

E, Murdiyanto. Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: UPN Veteran, 2008.

Khairuddin. Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Liberty, 2000.

Lubis, Dede Sakinah. Pola Komunikasi Masyarakat Desa dan Kota, Jakarta: Universitas Mercu Buana, 2017.

Relagusmita. Sistem Komunikasi Pedesaan, 16 Mei 2008. https://relagusmita.blogspot.com/2008/05/sistem-komunikasi-pedesaan.html (diakses Juni 19, 2022).

Siti Mariyani, S.P. Paradigma Positivistik Dan Sosiologi Pedesaan, Bogor: MK. Epistema (PETA) Filsafat sosial, Program Studi Sosiologi, IPS, 2017.

Urdang, Laurence, dan Stuart Berg Flexner, The Random House Dictionary of The English Language, Dalam English Language - Dictionaries, oleh Laurence Urdang, & Stuart Berg Flexner. New York: Random House, 1968.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun