PUSARAMU NAN TUA
Kulayangkan pandangan di atas pusaramu
Yang telah sarat oleh onak dan duri
Kucoba melangkah menggapainya
Tapi tubuh ini lemah tak berdaya
Cucuran air mataku mengalir berderai
Kusiramkan di atas pusaramu
Yang sudang usang termakan waktu
Melambangkan engkau telah lama pergi
Meninggalkan alam penuh derita
Engkau telah menuju alam bakah
Hidup bersama pendahulu-pendahulu
Menemani teman seperjalananmu
Yang tak dapat kupandang sekarang ini.
Aku harap engkau sabar menantiku
Agar kita dapat bersama melangkah
Mengarungi dan menghidupi alam bakah
Supaya jangan engkau sering menyendiri.
Sabarlah menanti kami yang masih ada ini
Tegarkan dirimu menguak waktu-waktu berlalu
Ingin menjemput kami yang sedang menuju duniamu
Meniti lorong-lorong yang engkau telah jalani
Menuju alam dimana engkau berada sekarang
Kini lorong-lorongmu telah termakan usia
Namun onak dan duri enggan menyelimutinya
Mereka seakan masih mengetahui masih banyak yang akan lewat
Diri ini masih akan berlalu di lorongmu itu.
Waktu pun tak mau istirahat
Seakan tak mengenal lelah berjalan berlalu
Semua itu membawahku menuju alammu
Agar kita cepat bersatu berpadu..
Makassar, 28 Agustur 1987.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI