Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prahara Mencintai Buku

1 November 2022   23:54 Diperbarui: 2 November 2022   00:04 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Gothe sang sastrawan besar asal Pancis itu mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah sastra paling indah bahasanya. Sejak ratusan tahun lalu Umar bin Khattab begitu cintanya pada Qur'an lalu membukukannya. 

Jadilah satu mushaf yang hingga kini menjadi buku paling best seller di dunia berdasarkan riset yang pernah dilakukan di Amerika bahwa Al-Qur'an adalah satu-satunya buku paling banyak dicetak dan diminati oleh masyarakat Eropa untuk dipelajari isinya. 

Umar bin Khattab telah meletakan batu pertama untuk mencintai sebuah buku dan beliau memulainya dengan membukukan Qur'an yang sebelumnya belum disatukana hanya ada dalam hafalan para sahabat dan dilembaran-lembaran mushaf yang terpisah. 

Buku adalah cara "pemuliaan" pada Tuhan paling beradab (Sultan Khan)

Salah satu pemimpin di Afganistan ini sangat mencintai buku kala serangan terhadap buku itu diserang bertubi-tubi oleh dua rezim. Ada rezim Taraki (komunis) dan Taliban (guluw/berelebihan), keduanya sama saja berwajah monster dalam menghadapi buku sama-sama ingin melahapnya dalam kobaran api. 

Kecintaan Sulthan Khan terhadap buku begitu luar biasa kala itu walaupun rezim komunis dan taliban yang tidak hanya membantai manusia tapi juga melenyapkan buku dengan kobaran api. Beliau murka dan marah pada tindakan ini karna baginya ini tindakan menghina perdaban Ilmu yang mana dengan ilmu kita mengenal Tuhan lebih dekat. Ada satu keyakinan beliau bahwa semua akan tercatat rapi dalam sejarah. 

Sulthan Khan menegaskan, 

Kalian bisa membakar buku-buku, kalian bisa menyusahkan hidupku, bahkan kalian bisa saja membunuhku. Namun kalian tidak bisa menghapus sejarah Afganistan "lewat buku". 

Luka sejarah dalam peradaban dunia ialah ketika buku dihancurkan. Bila senjata itu menghancurkan dan meluluh lantahkan manusia dan perdaban fisik. Tapi sebaliknya, buku akan merawat manusia dengan cakrawala berpikir untuk kemajuan segala aspek peradaban umat manusia. Hal ini harus dicamkan baik-baik agar kelak tak lagi ada fenomena pembantaian terhadap warisan perdaban intelektual yang sangat dibutuhkan oleh kemajuan umat manusia. 

Setelah kita menilik peradaban dunia akan buku. Tentu kita juga ingat bahwa bangsa kita tercinta ini lahir dari sebuah imajinasi awalnya. Ini buah pikiran dari para intelektual-intelektual yang menggandrungi buku dan melek pada buku dari berbagai belahan dunia. Sebut saja Ir. Soekarno yang bacaannya hingga literatur Rusia. Ada Hatta yang mengelang buana hingga ke Belanda demi membaca banyak literaur lagi. 

Kita pernah memiliki diplomat ulung yang menguasai belasan bahasa dan banyaknya bacaan beliau jangan ditanyakan lagi, pernah mengajar hingga ke negri paman sam di Amaerika kala itu dan beliau kita kenal dengan nama KH. Agus Salim. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun