Saya sempat grogi dengan melihat penjaga formulir terlihat tegas, cenderung galak menghadapi pendaki-pendaki yang masih muda, seusia anak saya. Bahkan ketika briefing pun mereka memperlakukan para pendaki muda itu seperti Maba. Dicek satu persatu kelengkapannya.
Ketika tiba gailiran kami, ternyata sikapnya berubah, menunjukkan cara pengisian formulir dan bahkan juga menunjukkan parkiran Elf dengan santun, selayaknya sopan kepada orang yang lebih tua.
Selain mandatory gear yang sudah kami bawa, untuk Tektok di Sindoro ini ada kekhasan, wajib membawa Nasi Bungkus. Â
Untuk briefing semuanya harus mengikuti sambil membawa bekal masing-masing. Karena sudah yakin dengan kami,pengecekan hanya perwakilan saja. Alhamdulillah lolos dan ditandatangani, tinggal bayar simaksi.
Dalam briefing ini kami juga baru tahu ada kearifan lokal dimana Pendaki Wanita yang sedang menstruasi hanya diperbolehkan sampai di Sunrise Camp. Toleransi sampai di Watu Tatah/Pos 4 dengan catatan punya tenaga lebih sedangkan untuk naik Kawasan Puncak, dilarang sama sekali.
Aturan kearifan lokal inilah yang membuat tim kami yang perempuan kehilangan semangat. Tapi bagaimanapun juga adat istiadat harus ditaati dan pendakian harus tetap berjalan.
Kunjungan ke puncak pun juga dibatasi dari pukul 07.00 sampai 10.00 WIB. Itulah sebabnya pendakian Tektok pendaftaran maksimal Pukul 01.00 dan harus berangkat dengan naik ojek pukul 03.00 WIB.
Setelah briefing dan cek peralatan, kami mencari tempat istirahat, akhirnya kami menyewa sebuah ruangan didepan Basecamp, setelah melihat kondisi basecamp yang cukup penuh.