"Ananda yang bermasalah biasanya saya panggil secara pribadi. Saya ajak deep talk, memberi ruang bercerita, lalu menutup dengan nasihat dan pelukan hangat."
Inilah strategi Ustadzah Alfina. Ia menolak cara menghakimi atau mempermalukan murid di depan umum. Baginya, setiap anak punya masalah, dan terkadang mereka hanya butuh seseorang yang mau mendengar.
Dengan dialog hangat, anak merasa dipercaya. Dengan tanggung jawab kecil, anak merasa dibutuhkan. Dengan pelukan, anak merasa diterima. Semua itu membuat mereka perlahan berubah.
Nilai-Nilai Islam & Kolaborasi dengan Orang Tua
Nilai Islam bukan teori kaku yang hanya disampaikan lewat buku, tetapi hidup dalam keseharian.
"Ikhlas dalam mengerjakan tugas, tawadhu dalam berprestasi, amanah dalam piket kelas. Itulah cara sederhana saya menanamkan nilai Islam."
Ustadzah Alfina juga sadar, tanpa kolaborasi dengan orang tua, pendidikan tak akan berjalan sempurna. Karena itu, ia rutin berkomunikasi lewat chat atau telepon, memastikan pola asuh di rumah sejalan dengan nilai yang ditanamkan di sekolah.
Kolaborasi ini membuat murid merasa diperhatikan dari dua sisi: sekolah dan keluarga. Sebuah sinergi yang menjadikan proses pendidikan lebih kokoh.
Pesan Inspiratif: Untuk Wali Kelas Baru & Murid
"Menjadi guru bukan sekadar profesi, tetapi panggilan hati."
Untuk wali kelas baru, Ustadzah Alfina menegaskan bahwa perjalanan mendidik tidak selalu indah. Akan ada murid yang sulit diatur, akan ada hari-hari penuh kelelahan. Tapi justru di situlah makna mendidik. Dengan sabar, ikhlas, dan konsistensi, hasilnya akan terasa.