...
"Pak Hans besok anda tidak perlu bekerja lagi di sini. Karena perbuatan anda sudah membawa dampak kerugian di Perusahaan."
Kepala pusat telah memberikan surat pemecatan lewat petugas cabang.
"tetapi, Pak. Saya membutuhkan uang untuk sekolah anak saya. Sebentar lagi dia akan wisuda," pria bermata sipit itu memohon.
"Saya tidak peduli dengan nasib anak anda. Ini sudah keputusan Bos Besar. Memang anda sudah bekerja di sini sangat lama, tetapi karena kecerobohan anda sendiri terpaksa kami mengambil tindakan."
Telepon kantor berdering Tuan Besar memanggil, "Pemecatan Pak Hans, apa sudah diproses? Saya tidak mau tahu kejadian ini jangan sampai terulang lagi!" Tegas Tuan Friday lalu mematikan ponselnya.
"Anda sudah dengar kan, Pak. Untungnya pihak perusahaan tidak sampai membawa ke proses hukum. Atasan sudah memecat anda mau apalagi di sini?!" Pria berjas makin tersulut emosi.
Pak Hans masih saja dalam pendirian beliau meminta hak gaji terakhirnya bersama uang pensiun. tetapi, perusahaan tempat dia bekerja sama sekali tidak peduli.
dia pergi dengan perasaan campur aduk antara sedih dan marah. Membuat dirinya menaruh dendam yang sangat mendalam. Kecewa. Tentu saja.
Siapa yang tidak kecewa haknya tak bisa didapatkan? Semua orang punya sisi lain, bisa saja karena kejadian ini dia akan berbuat nekat.
...