Media sosial juga bisa menjadi alat promosi yang efektif. Bayangkan jika ada konten viral tentang lomba bakiak atau tutorial membuat congklak dari bahan bekas. Anak muda pasti tertarik mencoba.
Namun, semua itu harus dimulai dari kesadaran bahwa permainan tradisional adalah bagian dari identitas kita. Jika kita sendiri tidak memainkannya maka jangan berharap generasi berikutnya akan mengenalnya.
Kita mungkin tidak bisa menghapus pengaruh gadget, tapi kita bisa menawarkan alternatif yang tak kalah seru. Permainan tradisional adalah salah satunya.
Di Kenduri Riau, saya melihat langsung bagaimana anak-anak yang awalnya canggung bermain bakiak akhirnya bisa berjalan beberapa langkah. Wajah mereka memancarkan kebanggaan yang tulus.
Orang dewasa pun tak kalah senang. Ada bapak-bapak yang tertawa sampai terpingkal-pingkal saat hampir oleng dari egrang lalu mencoba lagi dengan semangat. Momen seperti ini jarang terjadi di tengah kesibukan sehari-hari.
Koneksi nilai untuk masa kini
Interaksi seperti ini menumbuhkan rasa kebersamaan. Orang yang tadinya tidak saling kenal bisa tertawa bersama hanya karena bermain. Inilah kekuatan permainan tradisional yang menyatukan orang tanpa memandang usia, status, atau latar belakang.Â
Bagi saya, ini juga pengingat bahwa kita punya warisan yang sangat berharga. Warisan yang sederhana namun bermakna.
Kita hanya perlu sedikit usaha untuk menjaganya tetap hidup. Tidak harus menunggu event besar. cukup mulai dari lingkungan sekitar.
Nah, misalnya mengadakan lomba-lomba permainan tradisional saat perayaan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 .Â
Lambat laun, permainan ini akan kembali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tidak lagi dianggap kuno tapi justru keren karena sarat nilai.