Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Permainan Tradisional "Comeback" di Kenduri Riau 2025

10 Agustus 2025   13:43 Diperbarui: 10 Agustus 2025   21:18 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, enggrang bisa dibuat dari bambu bekas yang masih kuat. Bakiak bisa dirakit dari papan kayu dan tali. Congklak pun bisa dibuat dari papan bekas dan biji-bijian atau batu-batu kecil. Sederhana, murah, dan pastinya membawa manfaat.

Yang menarik, permainan tradisional tidak hanya menghibur tetapi juga melatih berbagai keterampilan. Egrang, melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh. Congklak mengasah logika, strategi, dan kesabaran. Bakiak melatih kekompakan tim. Semua itu adalah "soft skill" yang justru sangat dibutuhkan di era modern.

Data menunjukkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari ratusan jenis permainan tradisional yang tersebar di berbagai daerah. Sayangnya, sebagian besar mulai punah karena jarang dimainkan dan tidak diajarkan lagi kepada generasi muda.

Membuat semua generasi punya satu bahasa: main bareng! (Foto: AKBAR PITOPANG)
Membuat semua generasi punya satu bahasa: main bareng! (Foto: AKBAR PITOPANG)

Pengalaman yang relevan untuk anak

Kepunahan permainan tradisional bukan hanya hilangnya sebuah hiburan tapi juga hilangnya bagian dari identitas bangsa. Setiap permainan memiliki cerita, filosofi, dan nilai luhur yang diwariskan turun-temurun.

Acara Kenduri Riau akhirnya mencoba memberikan ruang bagi semua ini untuk hidup kembali. Tidak heran jika stan permainan tradisional menjadi salah satu spot paling ramai selama acara berlangsung. Bahkan ada yang rela antre berulang kali hanya untuk merasakan keseruan yang sama.

Ambil contoh permainan bakiak mengajarkan kerja sama tim. Tanpa koordinasi, langkah akan berantakan dan tim akan kalah. Bukankah ini mirip dengan kehidupan? Untuk mencapai tujuan bersama, kita perlu saling mendengarkan dan menyesuaikan langkah.

Enggrang mengajarkan keberanian. Saat pertama kali menaikinya, kita pasti merasa takut jatuh. Tapi jika kita terus mencoba, rasa takut itu perlahan hilang, digantikan rasa percaya diri. Sama halnya dengan tantangan hidup.

Anak-anak berebut main permainan jadul di tengah keramaian pekan budaya di kota Pekanbaru. (Foto: AKBAR PITOPANG)
Anak-anak berebut main permainan jadul di tengah keramaian pekan budaya di kota Pekanbaru. (Foto: AKBAR PITOPANG)

Dari sudut pandang kesehatan, permainan tradisional juga memiliki nilai plus. Aktivitas fisik yang muncul saat bermain membantu membakar kalori, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mengurangi risiko obesitas pada anak.

Hal ini kontras dengan kebiasaan bermain game online yang membuat anak duduk diam selama berjam-jam. Tidak salah bermain game digital, tapi jika semua waktu luang dihabiskan di depan layar, tubuh akan kehilangan geraknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun