Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dilema "Pengangguran Terdidik" di Era Digital dan AI

8 Mei 2025   12:40 Diperbarui: 8 Mei 2025   18:13 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengangguran terdidik saatnya buka mata, gali potensi, ciptakan peluang. (Sumber: Pexels/Ron Lach via Kompas.com)

Indonesia sedang diterpa badai pengangguran yang menyentuh angka paling tinggi se-Asia Tenggara. Ironisnya, ini terjadi di negeri yang kaya sumber daya alam dan memiliki jumlah penduduk produktif terbanyak.

Banyak pihak terkejut, sedih, dan tak sedikit yang menyayangkan melihat kenyataan ini. Bagaimana mungkin negeri yang begitu besar potensinya justru menyimpan catatan kelam soal angka pengangguran.

Jawabannya tentu tak sederhana. Tapi satu hal yang pasti ialah ada yang salah dari sistem ketenagakerjaan dan orientasi pendidikan kita selama ini.

Lapangan kerja yang tak bertambah seiring laju kelulusan pendidikan menjadi bom waktu yang akhirnya meledak. Dan kini, serpihannya kita rasakan bersama.

Perusahaan banyak yang menetapkan syarat kerja terlalu tinggi dan seringkali tak masuk akal. Minimal sarjana, usia maksimal 25 tahun, pengalaman kerja 2 tahun. Ini seperti meminta manusia super.

Padahal mereka yang baru lulus kuliah umumnya belum punya pengalaman dan usianya pun sudah menyentuh 23-25 tahun. Lalu, untuk siapa lowongan itu dibuat?

Tak heran, banyak yang akhirnya memilih kuliah sekadar demi sebuah "jalan ninja" mendapatkan pekerjaan layak. Gelar dan ijazah dianggap tiket emas menuju masa depan cerah.

Bahkan demi menyekolahkan anaknya hingga kuliah tak sedikit keluarga rela menjual sawah, tanah, atau aset berharga lain. Ini pengorbanan besar.

Namun, apa jadinya jika setelah semua perjuangan itu sang sarjana malah berujung menjadi pengangguran? Ini yang dianggap masyarakat sebagai "pengangguran terdidik."

Istilah ini menyakitkan, tapi nyata. Mereka telah belajar bertahun-tahun, lulus, namun tidak terserap oleh dunia kerja. Lalu salah siapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun