Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Siswa Bermasalah Dikirim ke Barak Militer, "Sirene Darurat" Pendidikan Karakter

6 Mei 2025   11:34 Diperbarui: 7 Mei 2025   16:56 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika pendidikan karakter gagal dilakukan diantaranya dari rumah, apakah barak militer layak jadi opsi utama? (Foto: TribunJabar.id via Kompas.com)

Dalam kehidupan modern saat ini, dunia pendidikan dan pengasuhan anak dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks. Bukan hanya tantangan akademis tetapi juga tantangan emosional, sosial, dan spiritual yang menghantam dari berbagai arah. Era digital yang berkembang pesat, pergaulan anak yang dipengaruhi oleh media sosial, kesenjangan ekonomi antar keluarga, dan ketidakmerataan akses terhadap pendidikan berkualitas menjadi beberapa masalah besar bak puzzle yang tak mudah disusun dan perlu dihadapi bersama. Semua ini berpengaruh langsung terhadap perkembangan karakter anak-anak kita.

Hari ini, kita tak lagi hanya bicara soal nilai ujian siswa. Kita bicara soal maraknya kasus bullying, kekerasan fisik dan verbal antar siswa, tawuran, pelecehan seksual, dan bahkan siswa yang berani menantang gurunya. Semua hal ini tentu membuat kita bertanya-tanya. 

Bagaimana hal-hal tersebut bisa terjadi di kalangan anak didik yang seharusnya mendapat pendidikan karakter yang baik?

Padahal para guru sudah berusaha keras dan semaksimal mungkin. Mereka hadir di kelas dengan segudang strategi pembinaan karakter. Mulai dari pendekatan secara humanis, pembiasaan nilai-nilai positif, hingga model pembelajaran berbasis diferensiasi karakter.

Namun semua itu kadang kalah oleh satu hal, yakni masih minimnya keterlibatan orangtua dalam mendidik anak di rumah.

Selanjutnya muncul terobosan kontroversial dari Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi. Katanya anak-anak yang bermasalah akan dibina di barak militer. Bukan untuk dihukum melainkan untuk dibentuk karakternya.

Respons publik pun terbelah. Ada yang mendukung karena sudah kehabisan akal melihat perilaku anak-anak zaman sekarang. Ada pula yang menolak karena menilai pendekatan itu terlalu keras.

Padahal selama ini tak sedikit yang berseloroh di media sosial, "kayaknya Indonesia perlu Wamil deh, biar anak-anak tahu disiplin".

Paradoks atau lelucon semacam itu ternyata diamini oleh sebagian besar netizen. Tapi apakah benar militerisasi anak adalah solusi?

Negara kita memang menjunjung kebebasan berpendapat. Pro dan kontra adalah hal wajar. Tapi ketika anak-anak mulai dikirim ke barak militer (mungkin) ini bukan lagi alarm tanda bahaya biasa. Tapi ini sudah jadi sirine merah menyala.

Kita patut bertanya dimana peran orangtua dalam fase penting pembentukan karakter anak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun