Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dilema "Pengangguran Terdidik" di Era Digital dan AI

8 Mei 2025   12:40 Diperbarui: 8 Mei 2025   18:13 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengangguran terdidik saatnya buka mata, gali potensi, ciptakan peluang. (Sumber: Pexels/Ron Lach via Kompas.com)

Dunia kampus harus menjadi ladang eksplorasi minat dan potensi, bukan sekadar pabrik ijazah.

Harus ada keseimbangan antara hard skills dan soft skills. Lulusan harus cakap komunikasi, kerja tim, dan punya karakter tangguh.

Bila tidak, mereka hanya jadi bagian dari statistik pengangguran yang menyedihkan itu.

Bahkan, ironinya, ada yang lebih sukses justru mereka yang tak sempat kuliah. Dengan modal keberanian, kreativitas, dan kemampuan membaca peluang.

Lulusan SMA yang membuka usaha kecil-kecilan, lalu berkembang. Dari warung kopi hingga startup. Mereka menciptakan kerja, bukan mencari kerja.

Merangkai harapan di tengah realita badai pengangguran. (via Kompas.com)
Merangkai harapan di tengah realita badai pengangguran. (via Kompas.com)

Ini bukan soal rendahnya nilai kuliah. Tapi bagaimana kita menggunakan ilmu sebagai alat, bukan sekadar simbol.

Jika kita hanya mengejar gelar tanpa memahami tujuan, maka ijazah itu hanya jadi lembaran kertas. Mahal, tapi tak bernilai.

Perlu kesadaran baru. Bahwa tidak semua orang harus kuliah, tapi setiap orang harus punya kemampuan.

Kadang, aset seperti sawah lebih bijak digunakan untuk produksi pertanian modern daripada dibelikan SPP lalu berujung pengangguran.

Kenapa tidak mengembangkan usaha dari modal itu? Menjadi petani digital? Eksportir hasil bumi? Dunia kini terhubung dengan pasar terbuka luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun