Ada yang dengan santainya meninggalkan bekas makanan begitu saja di dekat tempat mereka duduk. seolah alam adalah tong sampah raksasa.
Perilaku seperti ini mencerminkan kurangnya pendidikan karakter yang menekankan tanggung jawab sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal Ramadhan sejatinya telah melatih kita untuk disiplin, menjaga diri dari hal-hal buruk, dan meningkatkan empati terhadap sesama, termasuk empati terhadap alam.
Maka ketika libur lebaran tiba, seharusnya semangat Ramadhan masih terjaga. Etika dan akhlak tak lantas menguap hanya karena euforia liburan.
Wisata bukan hanya soal menikmati, tetapi juga menjaga. Bukan hanya tentang berfoto keren tetapi juga memastikan tempat itu tetap indah.
Sudah saatnya kita melihat tempat wisata sebagai amanah yang bukan sebagai sarana pelarian (healing) tanpa tanggung jawab.
Pemerintah tentu memiliki peran penting dalam menciptakan ekosistem wisata yang sehat. salah satunya dengan memastikan ketersediaan tempat sampah yang memadai.
Tempat sampah seharusnya menjadi fasilitas utama, bukan pelengkap. Keberadaannya harus terlihat, mudah dijangkau, dan cukup banyak.
Tapi di luar itu, peran pengunjung jauh lebih krusial. Kesadaran pribadi adalah kunci kebersihan yang berkelanjutan.
Kampanye kebersihan tidak bisa hanya mengandalkan spanduk usang dan papan peringatan yang lusuh. Diperlukan pendekatan yang lebih strategis dan humanis.