Jika setiap pertemuan hanya diisi dengan cerita soal mobil baru, promosi jabatan, atau kesuksesan bisnis, maka acara tersebut kehilangan esensi kebersamaannya. Bukannya semakin akrab, pertemuan justru terasa seperti asing.
Kunci untuk menghindari flexing adalah memahami bahwa silaturahmi tidak membutuhkan pembuktian. Momen bukber dan atau kumpul-kumpul seharusnya lebih banyak diisi dengan mengenang masa lalu, bertukar kabar, atau bahkan membahas topik-topik ringan yang membuat semua orang merasa nyaman.
Selain itu, kita juga perlu sadar bahwa kehidupan tidak selalu berjalan gitu-gitu aja. Tidak semua orang berada dalam fase hidup yang sama. Seperti roda yang terus berputar.
Beberapa mungkin sedang mengalami kesulitan, sedang mencari pekerjaan, atau menghadapi tantangan lainnya. Oleh karena itu, bukber seharusnya menjadi tempat berbagi energi positif bukan ajang membandingkan kehidupan.
Jika memang ada pencapaian yang ingin dibagikan sebaiknya dilakukan dengan cara yang lebih natural dan tidak terkesan menyombongkan diri. Berbagi inspirasi itu baik tetapi membanggakan diri secara berlebihan justru bisa menjadi bumerang bagi suasana kebersamaan.
2. Jangan Haus Validasi
Selain flexing, kebiasaan lain yang perlu dihindari dalam acara bukber adalah haus validasi. Every story matters, yup, kita semua punya cerita hidup masing-masing tetapi tidak berarti setiap cerita harus menjadi alat untuk mendapatkan pengakuan.Â
Terkadang, tanpa sadar kita menceritakan kehidupan kita dengan harapan orang lain mengagumi atau bahkan supaya mereka iri.
Bukber bukanlah tempat untuk membuktikan siapa yang lebih sukses atau siapa yang lebih menarik perhatian. Berbagi cerita tentu tidak salah. tetapi jika dilakukan dengan niat mendapatkan validasi maka itu bisa merusak suasana kebersamaan.Â
Bukber seharusnya menjadi tempat yang bebas dari tekanan sosial. dimana setiap orang bisa menjadi diri sendiri tanpa merasa harus membuktikan apa pun.
Salah satu cara untuk menghindari sikap haus validasi adalah dengan mengubah perspektif. Alih-alih fokus pada bagaimana orang lain melihat kita. cobalah untuk lebih banyak mendengarkan.Â
Setiap orang punya cerita hidupnya sendiri. dan sering kali, mendengar pengalaman orang lain jauh lebih berguna daripada sekadar berbicara tentang diri sendiri.