Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ribut-ribut di KRL, Budaya Transportasi Umum dan Intervensi Jalur Pendidikan

1 November 2023   13:14 Diperbarui: 4 November 2023   02:34 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Penumpang naik kereta rel listrik (KRL) | dari KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mobilitas masyarakat yang terkonsentrasi di kawasan perkotaan semakin menjadikan moda transportasi umum sebagai pilihan utama bagi banyak individu. 

Alasan-alasan yang melatarbelakangi kecenderungan ini mungkin beragam, di antaranya efisiensi waktu, kepedulian lingkungan, atau biaya yang lebih terjangkau menjadi beberapa faktor yang mendorong penggunaan transportasi umum. 

Namun, dalam fenomena tersebut kita tidak bisa mengabaikan pengaruh yang dihasilkan terhadap pola karakter masyarakat pengguna transportasi umum.

Belakangan viral potongan video perkelahian antar penumpang KRL telah menyoroti sisi gelap dari kepadatan dan tekanan yang dialami oleh pengguna transportasi umum di perkotaan. 

Sangat memalukan dan miris untuk menyaksikan momen-momen seperti ini, terutama karena insiden-insiden semacam ini jarang terjadi di negara-negara dengan sistem transportasi umum yang terorganisir dengan baik.


Ketika video insiden tersebut menjadi viral, itu menyoroti adanya permasalahan mendasar yang harus segera diselesaikan. Seperti adanya kesenjangan dalam standar pelayanan, penerapan aturan, dan tata kelola transportasi umum telah menjadi cibiran. 

Insiden perkelahian di dalam KRL membuka jendela fakta mengenai kelemahan sistem dan regulasi, ketidakmampuan dalam menangani konflik di transportasi umum, dan kurangnya pengawasan terhadap keamanan.

Untuk menyelesaikan permasalahan ini, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, operator transportasi umum, dan masyarakat itu sendiri. 

Perlu ditingkatkan kepekaan dan kesadaran akan etika transportasi umum dan penegakan aturan dengan tegas juga penting untuk menciptakan situasi yang lebih aman dan kondusif.

Masih minimnya kesadaran pengguna transportasi umum yang baik dan benar

Ribut-ribut antar penumpang di transportasi umum mencerminkan kurangnya kontrol diri dan emosi. 

Faktor mendasar di balik insiden-insiden tersebut terletak pada kebutuhan akan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana berperilaku di ruang publik. Salah satunya adalah minimnya edukasi mengenai perilaku yang baik dan benar saat menggunakan transportasi umum. 

Di banyak negara, budaya dan nilai-nilai positif dalam menggunakan transportasi umum merupakan inti dari mobilitas masyarakat. Namun, di negara kita budaya ini masih minim karena mayoritas terbiasa menggunakan kendaraan pribadi. 

Saat beralih ke transportasi umum, kecenderungan bersikap egosentris masih tertanam kuat lalu memunculkan perilaku yang seolah-olah merasa memiliki kendali dan berkuasa layaknya saat menggunakan kendaraan pribadi.

Ketika masyarakat mulai beralih ke transportasi umum, edukasi seputar perilaku yang hanya boleh diterapkan dalam ruang publik ini kurang diperhatikan secara seksama. 

Inilah yang sering kali menjadi akar dari minimnya kesadaran individu dan rasa tanggung jawab dalam menjaga kenyamanan dan kepentingan bersama selama berada di transportasi umum. Akibatnya, terkadang memicu gesekan atau konflik antar penumpang.

Upaya meningkatkan kesadaran ini dapat melibatkan perhatian dan kepedulian pemerintah dalam menyediakan program-program kampanye edukasi yang lebih luas. Serta inisiatif dari operator transportasi umum untuk menggalakkan etika dan aturan. 

Dengan begitu, kita bisa mengubah paradigma masyarakat tentang penggunaan transportasi umum, supaya memberikan pengalaman yang menyenangkan, aman, dan nyaman bagi semua pengguna transportasi umum.

Suasana tenang dan kondusif di dalam sebuah kereta di Jepang. (SHUTTERSTOCK/LERNER VADIM via Kompas.com)
Suasana tenang dan kondusif di dalam sebuah kereta di Jepang. (SHUTTERSTOCK/LERNER VADIM via Kompas.com)

Belajar etika penggunaan transportasi umum di luar negeri

Masyarakat Jepang telah memberikan contoh luar biasa dalam menjaga etika dan kenyamanan dalam penggunaan transportasi umum, khususnya kereta api. 

Meskipun stasiun-stasiun selalu dipadati oleh penumpang, suasana dan lingkungan sekitarnya tetap terjaga dan pergerakan manusia berjalan dengan lancar tanpa mengusik pengguna lainnya. 

hal ini terjadi karena adanya upaya dari pihak terkait untuk membiasakan penumpang agar taat aturan penggunaan transportasi umum yang berlaku.

Operator moda transportasi umum seperti kereta api di Jepang telah mengimplementasikan aturan demi kenyamanan bersama. Mulai dari tanda antrean, larangan berisik di dalam kereta, aturan keluar-masuk, hingga pengaturan barang bawaan saat kepadatan penumpang. Bahkan, adanya kepekaan untuk menghormati bangku prioritas bagi lansia atau ibu hamil serta larangan merokok secara sembarangan juga ditegakkan dengan konsisten. [sumber Kompas.com)

Itu bukan sekadar aturan, melainkan sebuah bentuk penanaman etika dalam menggunakan kereta api yang telah menjadi bagian penting dari budaya masyarakat Jepang. 

Upaya tersebut dilakukan secara konsisten dan terus-menerus dipantau untuk memastikan bahwa hampir seluruh masyarakat atau pengguna transportasi umum mengerti dan mengamalkan budaya positif tersebut.

Hal ini seharusnya dapat dijadikan inspirasi yang sangat bernilai bagi masyarakat Indonesia. Agar menjadi langkah awal untuk membangun masyarakat Indonesia yang lebih sadar akan pentingnya etika dalam menggunakan transportasi umum. 

Pelajar di Kota Pekanbaru menggunakan bus TransMetro sebagai angkutan umum kota. (foto Akbar Pitopang)
Pelajar di Kota Pekanbaru menggunakan bus TransMetro sebagai angkutan umum kota. (foto Akbar Pitopang)

Pentingnya budaya edukasi penggunaan transportasi umum sejak dini

Mewujudkan masyarakat yang paham akan etika dan aturan dalam menggunakan transportasi umum merupakan sebuah upaya terus-menerus melalui jalur pendidikan atau lewat edukasi yang dilakukan oleh berbagai pihak. 

Tidak hanya terletak pada peran pemerintah dan operator, tetapi juga pada orangtua serta institusi pendidikan seperti sekolah. 

Edukasi sejak usia dini menjadi kunci penting dalam membentuk kesadaran dan pemahaman akan perilaku yang baik dan benar dalam berbagai situasi ketika menggunakan transportasi umum.

Misalnya di Jepang, murid usia dini sudah dibiasakan menggunakan transportasi umum seperti bus umum untuk berangkat dan pulang sekolah. hal seperti itu sebaiknya perlu kita terapkan pula di Indonesia.

Orangtua bisa berkontribusi untuk edukasi anaknya tentang etika penggunaan transportasi umum sejak dini. (foto Akbar Pitopang)
Orangtua bisa berkontribusi untuk edukasi anaknya tentang etika penggunaan transportasi umum sejak dini. (foto Akbar Pitopang)

Orangtua dapat berperan aktif dengan rutin mengajak anak menggunakan transportasi umum. agar anak tidak gagap atau canggung serta bisa diajarkan untuk kontrol diri selama berada dalam transportasi umum.

Di sisi lain, sekolah juga memiliki peran yang signifikan dalam mengedukasi siswa tentang aturan dan tata tertib dalam menggunakan transportasi umum. 

Contohnya ketika melaksanakan kegiatan studi tiru atau kegiatan lapangan, menggunakan bus umum bisa dijadikan kesempatan untuk memberikan edukasi seputar etika dan aturan. 

Memahami pentingnya peran pendidikan dalam membentuk etika transportasi umum, dibutuhkan keterlibatan orangtua dan sekolah yang menjadi kunci dalam menciptakan budaya yang menghargai aturan dan keselamatan bersama. 

Membiasakan anak-anak sejak dini untuk menghormati aturan dan menghargai kepentingan bersama saat berada di transportasi umum adalah investasi penting untuk masa depan masyarakat yang lebih sadar akan kepekaan sosial di ruang publik.

Penggunaan transportasi umum dan nilai-nilai etika serta budaya positif yang harus dikembangkan dengan intensif. (foto Akbar Pitopang)
Penggunaan transportasi umum dan nilai-nilai etika serta budaya positif yang harus dikembangkan dengan intensif. (foto Akbar Pitopang)

Implementasi etika dalam menggunakan transportasi umum tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau operator transportasi, tetapi juga merupakan kewajiban bersama bagi setiap individu. 

Menciptakan budaya yang memperhatikan kepentingan dan kenyamanan bersama saat menggunakan transportasi umum adalah langkah yang perlu diambil menuju perubahan positif dalam mobilitas masyarakat.

Edukasi seputar pentingnya kontrol diri dan kesadaran akan norma yang berlaku di ruang publik perlu didorong secara intensif. 

Hal itu tidak hanya mencakup aturan tertulis, tetapi juga melibatkan pendekatan sosial yang memperkuat nilai-nilai saling menghormati dan tanggung jawab sosial.

Dengan pendekatan ini, diharapkan bahwa di masa depan, masyarakat Indonesia akan semakin terdidik dan terbiasa dengan norma-norma dan etika yang diberlakukan pada transportasi umum.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun