Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Mewujudkan Keluarga Indonesia Bebas "Fatherless"

26 Juni 2023   11:13 Diperbarui: 15 Juli 2023   00:15 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hubungan ayah dan anak. (Dok Shutterstock via Kompas.com)

Keluarga yang didalamnya ada sosok penting yakni orangtua, ayah dan ibu, merupakan fondasi utama dalam membentuk pribadi anak-anak. Namun, "katanya" kini Indonesia dibayangi fenomena yang mengkhawatirkan yang dikenal sebagai "fatherless" atau kurangnya kehadiran ayah dalam kehidupan sehari-hari anak. 

Fenomena fatherless merujuk pada keadaan dimana seorang ayah tidak hadir secara aktif dalam kehidupan anak-anaknya. Hal ini dapat terjadi karena perpisahan, perceraian, pekerjaan jarak jauh, atau bahkan kematian ayah. 

Dalam beberapa kasus, kehadiran fisik ayah mungkin ada, tetapi keterlibatannya secara emosional dan psikologis dalam mendukung perkembangan anak masih dianggap minim. 

Fenomena fatherless tidak hanya mempengaruhi keluarga di perkotaan, tetapi juga menyebar luas di berbagai lapisan masyarakat di seluruh Indonesia. Agaknya mungkin seperti itu meskipun saya tidak terlalu menyetujuinya begitu saja.

Akan tetapi, bila memang benar-benar terjadi maka dampak fenomena fatherless terhadap tumbuh kembang anak sangatlah serius. Ayah memiliki peran yang unik dan penting dalam membentuk identitas anak, membangun hubungan interpersonal, serta memberikan dukungan emosional, mental dan kecerdasan. 

Kurangnya kehadiran dan keterlibatan ayah dapat meningkatkan risiko anak mengalami masalah kesehatan mental, rendahnya kepercayaan diri, kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat, dan masalah perilaku menyimpang atau yang bersifat negatif.

Figur ayah menjadi role model bagi anak guna membantu mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal. Ayah juga dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri anak, memberikan dorongan motivasi, serta menjadi sumber dukungan stabilitas psikologis. 

Melalui interaksi yang konsisten, ayah membantu anak mengembangkan sikap positif, kepemimpinan, dan kemandirian yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan.

Untuk mengatasi fenomena fatherless, perlu ada dukungan dan perhatian yang luas dari berbagai pihak terkait. Langkah-langkah seperti program bimbingan keluarga, berbagi pengalaman parenting, dan advokasi pentingnya peran ayah dalam tumbuh kembang anak dapat membantu keluarga mengatasi tantangan dan membangun hubungan yang lebih seimbang antara ayah dan anak. 

Disamping itu, penting untuk menciptakan lingkungan sosial yang mendukung peran ayah secara aktif dalam keluarga. Dengan cara menghilangkan stigma atau streotipe terkait peran ayah dan mendorong kesadaran akan pentingnya kehadiran ayah dalam sebuah keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun