Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Mungkin tidak signifikan, namun melalui niat baik, doa dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Emas, Tabungan Receh, dan Jalan Menuju Generasi Emas 2045

19 September 2025   10:38 Diperbarui: 19 September 2025   10:38 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tren global pun mendukung arah ini. Menurut World Gold Council, permintaan emas dunia pada 2024 naik sekitar 1 persen dibanding tahun sebelumnya, mencapai hampir 4.975 ton. Lonjakan ini didorong oleh ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, yang lagi-lagi menegaskan bahwa emas tetap jadi pilihan utama ketika dunia diguncang krisis.

Era AI yang sedang kita arungi justru membuat literasi finansial jadi semakin penting. Algoritma bisa mengatur belanja atau menawarkan hiburan, tapi ia tidak bisa menggantikan keputusan sadar manusia untuk menyimpan nilai. Justru di tengah derasnya arus kecerdasan buatan, emas berfungsi sebagai jangkar yang sederhana dan nyata. Ia mengingatkan bahwa ada hal-hal yang tak tergantikan: disiplin, kesabaran, dan kebiasaan menyiapkan masa depan.

Di titik inilah Pegadaian hadir sebagai lembaga keuangan yang menyalurkan peran negara lewat cara yang relatif sederhana namun powerful. Dari dapur, pasar, hingga layar gawai digital, perlahan nyata terlihat bagaimana Pegadaian mengEMASkan Indonesia.

Visi Indonesia Emas 2045 tak bisa dilepaskan dari kemandirian finansial rakyat. Pertanyaannya sederhana: apakah masyarakat punya daya tahan menghadapi krisis, punya instrumen simpanan yang berkelanjutan, dan apakah generasi mudanya terlatih menabung sejak dini? Bayangkan 20 juta anak muda rutin menabung emas Rp10 ribu sampai Rp20 ribu setiap hari atau setiap minggu, selama 20 tahun menuju 2045. Akumulasi kolektifnya bukan hanya memperkuat individu, tapi juga menjadi modal bangsa yang nilainya fantastis.

Emas memang benda mati, tetapi jejaknya selalu hidup dalam denyut sejarah bangsa kita. Dari simbol kebesaran kerajaan, penyelamat di masa krisis, gerakan Aku Cinta Rupiah pada 1998, perhiasan para artis dan tokoh publik yang dilepas dengan ikhlas, sampai tabungan receh digital hari ini, semuanya menunjuk pada pesan yang sama: nilai bisa dijaga kalau ada kedisiplian, kesabaran dan kekonsistenan. Dan ketika jutaan orang mulai melakukannya, saat generasi muda melihat emas bukan hanya perhiasan tapi tabungan, maka visi Indonesia 2045 semakin dekat, semakin nyata. 

Pada akhirnya emas bukan sekadar logam mulia, melainkan metafora dari kerja keras, kesabaran, dan keberlanjutan. Di tangan rakyat yang menabung emas, kilau itu menjelma menjadi fondasi kokoh bagi bangsa yang tengah menata masa depannya di tengah era AI yang disruptif dan unstoppable.

(Ajuskoto)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun