Bukittinggi tak pernah berhenti bercerita. Kabut pagi di Ngarai Sianok, riuh pasar Ateh, hingga dentang Jam Gadang yang setia mengabarkan waktu, semuanya seperti lembaran buku harian yang terbuka untuk siapa saja. Namun, sesungguhnya ada satu kisah yang jauh lebih menarik daripada wisata kuliner, sejarah kolonial, atau spot selfie para pelancong. Kisah itu bernama Intan.
Intan bukan sekadar perempuan. Ia adalah metafora hidup yang membuat kata-kata terasa cemburu karena tak pernah mampu menangkap seluruh pesonanya. Ia berjalan biasa saja di jalan kota, tapi setiap langkahnya seakan memaksa mata orang untuk berhenti menatap layar ponsel. Lucunya, di era ketika orang sibuk mencari validasi lewat like dan share, Intan justru mengajarkan bahwa cahaya sejati tidak butuh filter.
Senyumnya? Ah, jangan tanyakan lagi. Bukittinggi yang dingin tiba-tiba jadi terasa hangat. Bahkan penjual sate di sudut alun-alun pun bisa lupa menghitung tusukan kalau kebetulan melihatnya. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit dijelaskan seperti rahasia lama yang disimpan gunung Singgalang, misterius tapi menenangkan.
Orang sering berkatapermata itu langka. Dan benar Bukittinggi cukup beruntung punya satu permata yang bukan hanya memantulkan cahaya, tapi juga menciptakannya sendiri. Namanya Intan. Bukan hanya indah dipandang, tapi juga mampu menyentuh hati orang-orang yang mengenalnya.
Kadang saya berpikir, andai saja pejabat di negeri ini belajar satu dua hal dari Intan, mungkin bangsa kita akan lebih teduh. Sebab, berbeda dengan kursi kekuasaan yang sering hilang keanggunannya saat ditempati, Intan justru semakin bersinar ketika hadir di tengah-tengah.
Bukittinggi, dengan segala sejarah dan pesonanya, memang sudah indah sejak lama. Tapi kehadiran Intan membuat kota itu punya definisi baru tentang romantis. Bahwa cinta bukan melulu soal janji manis, melainkan tentang bagaimana satu senyum bisa meruntuhkan keangkuhan dunia.
Jadi, jika suatu hari Anda ke Bukittinggi, jangan hanya sibuk mencari spot foto terbaik. Cobalah perhatikan orang-orangnya. Siapa tahu, Anda akan menemukan cahaya yang lebih abadi daripada sekadar gambar digital. .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI