Mohon tunggu...
Aishah Wulandari
Aishah Wulandari Mohon Tunggu... Freelancer - Writing for legacy

Belajar Belajar Belajar Instagram @aishahwulandari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Derai Pilu Erli

3 Januari 2023   07:55 Diperbarui: 3 Januari 2023   07:59 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Erli tidak pernah bercerita sakitnya karena tidak ingin membebani keluarga. Hingga suatu hari saat salat Lebaran di masjid perumahan, dia tidak bisa menggerakkan tubuh dalam posisi sedang sujud. Kanker ganas telah menyerang saraf tubuh, membuatnya tidak bisa bangkit. Peristiwa tersebut membuat gempar keluarga besarnya saat mengetahui sakit yang dia derita.

Semenjak itu Erli dirawat di rumah bersama sang mama. Mamanya di rumah sendiri sedang Erli di rawat di rumah sang paman yang berada di seberangnya. 

Ayah Erli mengembuskan napas, memandang pedih anak perempuannya yang tergolek tak berdaya di atas brankar. Terlihat Erli menatap cerah dan memberikan senyum lebar padaku. Senyum yang selalu ceria semenjak Sasha mengenal. 

Sasha memegang erat jemari sahabatnya. 'Tuhan, berilah kekuatan padanya dan berikan yang terbaik buat gadis cantik ini dan juga untuk mamanya,' rintih Sasha dalam hati.

 'Tuhan, inikah jawaban dari mimpi-mimpiku tentang Erli beberapa minggu ini. Agar aku bisa bertemu dengan Erli?' Sasha mengusap lembut paras putih Erli, ingin sekali dia memeluknya.

* * *

Enam bulan setelah Sasha menjenguk Erli. Suatu malam di bulan September, saat Sasha hendak memejamkan mata, terdengar notif masuk di ponsel. Lalu dia membuka notif yang ternyata dari Era.

Era

[Sha, doakan yang terbaik buat Erli, ya. Tuhan lebih menyayanginya.]

Pesan masuk dari Era membuat mata Sasha tidak bisa terpejam. Bulir air mata mengalir deras tanpa permisi. Bibirnya segera merapalkan doa terbaik buat Erli dan mamanya yang telah pergi tiga bulan sebelum kepergian Erli. Sasha tersedu-sedu, dadanya terasa sakit mengingat wajah terakhir Erli. Sinar mata dan paras penuh semangat hidup yang memancar dari Erli. Senyum lebarnya seolah tidak menyiratkan sakit. 

Bayangan-bayangan yang terkumpul semasa SMP dan SMA menyeruak kembali dalam benaknya. Mengenang masa-masa indah saat itu. Sasha yang tidak bisa memejamkan mata, akhirnya dia bangkit dari tempat tidur, melangkah menuju jendela kamar dan membukanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun