Di Balik Tren Lukis Lutut pada Flapper Pemberontak

Industri melihat peluang besar. Flapper bukan cuma simbol pemberontakan sosial, mereka juga gambaran konsumen modern yang mandiri, sebagaimana dicatat BI Norwegian Business School pada 2015.

Pada akhirnya, gemerlap era itu meredup. Pemicunya adalah Depresi Besar yang dimulai setelah 1929 ketika pasar saham anjlok.

Krisis global mengubah segalanya. Prioritas bergeser dari pesta dan kebebasan ke soal bertahan hidup. Maryland Center for History and Culture menuliskan hal ini.

Meski begitu, menyalahkan krisis sebagai satu-satunya sebab terasa berlebihan. Budaya punya siklus. Publik bisa jadi mulai jenuh pada citra pemberontakan, sementara generasi berikutnya mencari tampilan yang lebih elegan dan dewasa.

Semangat kebebasan ala flapper tidak lenyap. Ia berubah bentuk. Perlahan menyatu ke dalam norma masyarakat. Dan meletakkan fondasi penting bagi perempuan. Terutama untuk gerakan-gerakan di masa depan.

***

Referensi:

• Joyner, A. (2015, 1 April). How flappers rebelled through feminism and consumerism. BI Business Review. https://www.bi.no/en/research/business-review/articles/2015/04/how-flappers-rebelled-through-feminism-and-consumerism/
• Maryland Center for History and Culture. (n.d.). Flapper life: “A jitney body with a limousine mind”. Diakses pada 13 September 2025, dari https://www.mdhistory.org/flapper-life-a-jitney-body-with-a-limousine-mind/
• Ripley's Believe It or Not!. (n.d.). The early origins of temporary tattoos: Hand-painted knees. Diakses pada 13 September 2025, dari https://www.ripleys.com/stories/the-early-origins-of-temporary-tattoos-hand-painted-knees
• Wikimedia Commons. (n.d.). 1922 Cover detail, Flapper magazine - 001 (cropped) [Gambar]. Diakses pada 13 September 2025, dari https://commons.wikimedia.org/wiki/File:1922_Cover_detail,Flapper_magazine-001(cropped).jpg