Interaksi sosial seperti ini penting. Karena bisa mengurangi rasa kesepian. Juga dapat mengurangi rasa depresi. (Jurnal Ilmiah Gema Massika, 2021; Prosiding Seminar Nasional LPPM Unisa Yogyakarta, 2022).
Sebuah survei tunjukkan hal menarik. Survei dari Pew Research Center 2017. Survei tersebut menemukan fakta penting. 67% dewasa Amerika pakai internet. Mereka berusia 65 tahun ke atas. Angka ini naik dari 14% di 2000.Â
Lalu 42 persen dari mereka. Sudah memiliki sebuah telepon pintar. Ini menunjukkan kemampuan adaptasi lansia. Mereka mampu beradaptasi dengan teknologi. Serta mereka mau terus belajar. (Pew Research Center, 2014).
Namun tantangan-tantangan tetap ada. Kendala finansial jadi hambatan utama. Terutama bagi para kaum lansia. Banyak yang harus fokus kebutuhan. Kebutuhan dasar dan biaya pengobatan. (Jurnal Sosio Humaniora, 2023; BKKBN).Â
Biaya untuk mengikuti suatu kursus. Atau membeli alat belajar baru. Itu semua bisa menjadi beban. Selain itu ada kesenjangan teknologi. Seperti yang dicatat laporan Pew. Laporan dari Pew Research Center.Â
Tingkat adopsi teknologi bervariasi. Tergantung pada beberapa faktor penting. Seperti faktor usia, juga pendidikan. Serta tingkat pendapatan seseorang. (Pew Research Center, 2017).Â
Keterbatasan fisik juga menjadi kendala. Seperti gangguan penglihatan dan pendengaran. Sehingga lansia butuh bantuan pendampingan. Untuk kuasai teknologi baru tersebut. (Merdeka.com, 2024).
Untuk mengatasi ini perlu solusi. Solusi yang sifatnya sangat menyeluruh. Dukungan berbagai pihak sangat penting.Â
Pemerintah dapat sediakan program pelatihan. Pelatihan khusus yang sangat terjangkau. Program ini untuk para lansia. (Jurnal Sosio Informa, 2017).Â
Keluarga juga harus beri dorongan. Serta memberikan bantuan teknis. (Kumparan, 2024).Â
Dorongan moral orang terdekat penting. Bisa meningkatkan motivasi para lansia. Lingkungan suportif juga jadi ruang. Ruang aman bagi lansia belajar. Tanpa harus merasa takut gagal. (Jurnal Promosi Kesehatan, 2023).