Waktu yang dibutuhkan lebih lama. Karena ada faktor biologis memengaruhi. Seperti penurunan fungsi penglihatan. Atau penurunan fungsi pendengaran. Serta masalah kesehatan kronis lainnya. (Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala, 2023).Â
Menyangkal realitas ini adalah keliru. Kita harus mengakui tantangan ini.
Potensi lansia untuk terus berkarya. Potensi itu tidak boleh diremehkan. Lihat saja sosok Pablo Picasso. Seorang seniman legendaris yang hebat. Ia terus melukis sampai akhir. Hingga akhir hayat di usia 91. (IDN Times; Liputan6, 2024).Â
Picasso terus lakukan eksperimen. Dengan berbagai gaya yang berbeda. Ia tunjukkan kemampuan adaptasi. Sebuah adaptasi yang luar biasa. (Tumpi.id; Tempo.co, 2022).Â
Contoh lainnya adalah Haruki Murakami. Penulis produktif dari negara Jepang. Ia tetap aktif berkarya senja. Novel terkenalnya adalah berjudul "1Q84". Novel itu terbit saat usianya 60. (Universitas Airlangga; Universitas Indonesia).Â
Karyanya telah diterjemahkan ke banyak. Lebih dari 50 bahasa berbeda. (Periplus).
Tentu, Picasso dan Murakami adalah contoh. Contoh luar biasa di bidangnya. Mereka memiliki bakat serta sumberdaya. Juga kesempatan yang tidak semua miliki.Â
Namun keberadaan mereka buktikan sesuatu. Usia bukanlah penghalang yang mutlak. Untuk terus berkarya dan belajar.
Belajar di usia senja penting. Bukan hanya soal prestasi besar. Tapi juga tentang kualitas hidup.Â
Belajar menjadi cara menjaga otak. Agar otak bisa tetap aktif. Kegiatan seperti kelas memasak. Atau bergabung dengan klub buku. Kursus seni juga beri manfaat. Manfaat sosial dan juga emosional. (Jurnal Ilmiah Gema Massika, 2021).Â
Ini membantu lansia bertemu orang. Bertemu orang baru, berbagi cerita. Membangun kembali hubungan sosial mereka. Hubungan yang mungkin sudah merenggang. (Jurnal Ilmu Komunikasi UAJY, 2014).Â