Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Membentuk Karakter Bangsa Berkelanjutan lewat Pendidikan dan Keteladanan Pemimpin

23 Mei 2025   13:00 Diperbarui: 22 Mei 2025   18:04 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengungkap krisis karakter di balik kemajuan bangsa dan peran nyata pendidikan serta pemimpin bermoral.

Di tengah kemajuan teknologi dan pembangunan fisik yang pesat, Indonesia menghadapi krisis yang lebih dalam dan tak kasatmata, yakni kemerosotan karakter bangsa. 

Gejalanya bukan lagi samar. Korupsi yang membudaya, manipulasi hukum demi kepentingan politik, serta merosotnya integritas dalam kepemimpinan publik. 

Semua ini menunjukkan kegagalan kolektif dalam mentransmisikan nilai moral, budaya, dan spiritual secara efektif. Lalu, bagaimana kita membangun kembali fondasi karakter bangsa yang kokoh dan berkelanjutan?

Pendidikan Berbasis Pengalaman

Langkah pertama yang mendesak untuk dilakukan adalah merevolusi pendekatan pendidikan karakter. Selama ini, pendidikan karakter sering kali hadir sebagai formalitas. Dipelajari di atas kertas, tetapi tidak ditanamkan dalam jiwa. 

Thomas Lickona (1991), seorang pakar pendidikan karakter, menegaskan bahwa karakter sejati tidak hanya mencakup pengetahuan tentang moral, tapi juga hasrat untuk hidup sesuai nilai tersebut dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan kognitif. Untuk benar-benar membentuk karakter, dibutuhkan metode yang menyentuh ranah afektif dan psikomotorik. 

Di sinilah Teori Experiential Learning dari David Kolb (1984) jadi relevan. Kolb menjelaskan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi melalui siklus pengalaman nyata, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimen aktif. 

Ini bukan hanya teori, tapi metode pembelajaran yang telah terbukti meningkatkan empati, tanggung jawab, dan kesadaran etis, seperti dijelaskan dalam Experiential Learning: Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Gramedia, 2023).

Artikel "Membangkitkan (Nurani) Karakter Bangsa" dari Kompas (2024) secara tegas menyoroti kegagalan sistem pendidikan Indonesia dalam menginternalisasi nilai-nilai luhur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun