Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menguji Relevansi Birokrasi Klasik di Dunia Modern

7 Februari 2025   22:00 Diperbarui: 6 Februari 2025   15:31 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Birokrasi klasik masih relevan di dunia modern, tapi perlu penyesuaian untuk menghadapi tantangan zaman.

Apakah prinsip-prinsip birokrasi klasik, seperti meritokrasi dan hierarki, masih relevan di dunia yang serba cepat dan penuh perubahan seperti sekarang? 

Apakah organisasi yang kita kenal saat ini benar-benar mengutamakan prinsip-prinsip itu, atau justru sedang berusaha melepaskannya demi mengakomodasi kebutuhan zaman? 

Jika kamu bertanya-tanya tentang hal ini, kamu tidak sendirian. 

Banyak orang mulai mempertanyakan relevansi model birokrasi klasik yang pertama kali diperkenalkan oleh Max Weber lebih dari seabad yang lalu. 

Menariknya, meskipun dunia bisnis dan organisasi sudah berubah, beberapa prinsip dari birokrasi klasik tetap bertahan, meski dengan sejumlah penyesuaian. 

Apa Itu Birokrasi Klasik?

Sebelum kita berbicara lebih jauh, mari kita pahami dulu apa itu birokrasi klasik. 

Birokrasi, menurut Max Weber, adalah bentuk organisasi yang sangat terstruktur dan memiliki aturan yang jelas, di mana setiap orang memiliki tugas dan tanggung jawab yang spesifik. 

Dua prinsip utama dalam birokrasi klasik adalah meritokrasi dan hierarki.

Meritokrasi berarti orang dipilih dan dipromosikan berdasarkan kemampuan dan prestasi mereka, bukan berdasarkan kedekatan pribadi atau hubungan kekeluargaan. 

Sementara hierarki mengacu pada struktur yang terorganisir dengan jelas, di mana setiap individu tahu siapa atasan dan siapa bawahannya, serta siapa yang memiliki kewenangan dalam setiap level.

Ketika teori ini pertama kali diperkenalkan, konteksnya sangat berbeda dengan dunia kerja kita sekarang. 

Pada masa itu, birokrasi menjadi sangat penting karena masyarakat mulai berkembang menjadi lebih kompleks, dan organisasi membutuhkan cara yang lebih sistematis untuk mengelola pekerjaan mereka. 

Tetapi, apakah prinsip-prinsip ini masih relevan di dunia yang sudah terhubung ini?

Birokrasi Klasik di Organisasi Modern

Birokrasi klasik tidaklah statis. Seiring berjalannya waktu, banyak perusahaan dan organisasi yang menyesuaikan penerapan prinsip-prinsip tersebut agar lebih cocok dengan tuntutan zaman. 

Namun, pada dasarnya, prinsip-prinsip tersebut masih tetap dijunjung tinggi dalam banyak organisasi besar.

Sebagai contoh, meritokrasi tetap menjadi prinsip utama di banyak perusahaan besar, meskipun mereka mungkin telah mengadaptasi cara-cara baru dalam perekrutan dan penilaian karyawan. 

Perusahaan-perusahaan seperti Google dan Microsoft jelas mengutamakan kemampuan dan prestasi individu dalam pengambilan keputusan, baik dalam perekrutan maupun promosi. 

Tapi, mereka tidak hanya menilai kinerja dari angka semata; mereka lebih memperhatikan kreativitas, kemampuan beradaptasi, dan bahkan keberagaman. 

Menurut McKinsey & Company (2020), perusahaan dengan keberagaman yang lebih tinggi, baik dalam hal gender maupun etnis, cenderung memiliki kinerja finansial yang lebih baik, menunjukkan bahwa prinsip meritokrasi yang inklusif dapat berdampak positif pada hasil bisnis.

Namun, bagaimana dengan hierarki? Di banyak perusahaan teknologi besar, hierarki tradisional sudah mulai bergeser. 

Apple, misalnya, mengedepankan struktur yang lebih datar untuk memungkinkan inovasi yang lebih cepat dan kolaborasi antar tim yang lebih intens. 

Ini adalah contoh bagaimana organisasi modern mulai meninggalkan struktur yang terlalu kaku dan menggantinya dengan struktur yang lebih fleksibel dan responsif terhadap perubahan.

Tetapi, bukan berarti prinsip hierarki sepenuhnya hilang. 

Di sektor publik, misalnya, prinsip ini masih sangat penting untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi. 

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Indonesian Journal of Public Policy and Management Review menunjukkan bahwa meskipun ada kebutuhan untuk penyesuaian dalam praktik birokrasi klasik, prinsip-prinsip tersebut masih relevan untuk memastikan bahwa administrasi publik berjalan dengan efisien dan terbuka terhadap publik.

Birokrasi Klasik vs Birokrasi Modern

Lalu, bagaimana perbandingannya antara birokrasi klasik dan model organisasi modern? 

Tentu saja, ada perbedaan yang signifikan. 

Sementara birokrasi klasik menekankan aturan yang ketat dan struktur yang jelas, birokrasi modern lebih menekankan pada fleksibilitas, kecepatan beradaptasi, dan keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan. 

Perusahaan yang bergerak di sektor teknologi, seperti Tesla dan Facebook, lebih menekankan pada tim yang berkolaborasi secara horizontal, dengan sedikit lapisan hierarki. 

Hal ini memungkinkan mereka untuk merespons perubahan pasar dan teknologi dengan lebih cepat.

Namun, bukan berarti prinsip-prinsip klasik sudah tidak dibutuhkan sama sekali. Banyak organisasi besar tetap mengandalkan struktur yang jelas, terutama untuk menjaga efisiensi operasional. 

Terlebih lagi, bagi organisasi yang memiliki banyak karyawan dan operasi yang sangat kompleks, prinsip-prinsip birokrasi klasik, seperti pembagian tugas yang jelas dan sistem pengawasan yang terstruktur, tetap diperlukan untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik.

Seiring dengan berkembangnya kebutuhan akan fleksibilitas dalam organisasi, birokrasi modern mulai menggabungkan prinsip-prinsip klasik dengan elemen-elemen yang lebih progresif. 

Misalnya, prinsip meritokrasi tetap berlaku, namun dengan pendekatan yang lebih inklusif dan berbasis pada kinerja jangka panjang, bukan sekadar angka atau target yang dicapai. 

Selain itu, meskipun hierarki masih ada, banyak organisasi yang mulai membatasi jumlah lapisan untuk mempermudah komunikasi antar tim dan mempersingkat proses pengambilan keputusan.

Birokrasi Klasik Masih Relevan, Tapi Harus Beradaptasi

Jadi, apakah prinsip-prinsip birokrasi klasik masih relevan di dunia modern? Jawabannya adalah ya, namun dengan sejumlah penyesuaian. 

Meskipun organisasi modern lebih mengedepankan fleksibilitas dan kecepatan dalam beradaptasi, prinsip-prinsip seperti meritokrasi dan hierarki tetap memiliki peran penting dalam memastikan efisiensi dan akuntabilitas.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, organisasi harus mampu beradaptasi. Struktur yang terlalu kaku bisa jadi menjadi hambatan bagi inovasi dan kolaborasi yang lebih efektif. 

Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah keseimbangan. Menerapkan prinsip-prinsip klasik dengan cara yang lebih fleksibel dan responsif terhadap tuntutan pasar dan teknologi yang terus berubah.

Sebagai kesimpulan, birokrasi klasik tidak kehilangan relevansinya, tetapi untuk tetap relevan di dunia modern, ia harus terus berkembang. 

Dengan menyesuaikan prinsip-prinsip tersebut dengan kebutuhan zaman, kita bisa menciptakan organisasi yang tidak hanya efisien, tetapi juga mampu menghadapi tantangan yang ada di depan. 

Birokrasi yang berhasil adalah birokrasi yang bisa bergerak maju bersama zaman, sambil tetap menghargai ide dasar yang terbukti berhasil.

***

Referensi:

  • McKinsey & Company. (2020). Diversity wins: How inclusion matters. McKinsey & Company. Retrieved from https: //julienflorkin. com/id/sumber-daya-manusia/manajemen-kinerja/meritokrasi/
  • Yudha, A., Nurcahyanto, H., & Widowati, N. (2013). Penerapan budaya organisasi (Studi kasus pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Dago Bandung). Indonesian Journal of Public Policy and Management Review, 2(3), 1-10. Retrieved from https: //www. neliti. com/publications/135515/penerapan-budaya-organisasi-studi-kasus-pada-pt-bank-rakyat-indonesia-persero-tb

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun