CILEUNGSI, SUBAGIYO --- Sebuah kasus kesalahan pengemasan obat suntik menimbulkan kekhawatiran serius di dunia medis. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengumumkan pada 27 Juni 2025 bahwa perusahaan farmasi Sandoz, Inc. secara sukarela menarik satu lot Cefazolin for Injection, USP 1 gram per vial. Pasalnya, ditemukan adanya empat vial Penicillin G Potassium untuk injeksi yang secara tidak sengaja dikemas dalam kotak yang seharusnya hanya berisi cefazolin.
Meskipun belum ada laporan kejadian efek samping serius, Sandoz mengonfirmasi bahwa setidaknya satu pasien sempat diberikan produk yang salah. Ini tentu menjadi alarm keras, mengingat kedua antibiotik tersebut memiliki indikasi penggunaan yang berbeda dan efek yang tidak bisa disamakan.
Ketika Kesalahan Bisa Membahayakan Nyawa
Cefazolin biasa digunakan untuk mengobati dan mencegah berbagai infeksi bakteri di berbagai bagian tubuh, seperti saluran pernapasan, kulit, tulang, dan saluran kemih. Sementara itu, penicillin G potassium ditujukan untuk menangani infeksi serius seperti sepsis, difteri, tetanus, hingga infeksi otak.
Keduanya memang termasuk dalam kelompok antibiotik beta-laktam, tetapi bukan berarti bisa saling menggantikan. Dosis, cara pemberian, serta spektrum bakteri yang ditargetkan bisa berbeda jauh. Kesalahan ini tidak hanya dapat menyebabkan pengobatan tidak efektif, tapi juga berisiko memicu resistansi antibiotik, alergi parah, hingga gangguan jantung akibat kadar kalium tinggi.
Peran MedWatch: Kanal Pengaduan Efek Samping Obat di AS
Dalam menanggapi kejadian ini, FDA mengimbau para tenaga medis dan pasien untuk melaporkan efek samping atau kesalahan obat melalui program MedWatch Adverse Event Reporting. Program ini memungkinkan masyarakat umum, apoteker, dokter, dan rumah sakit di Amerika Serikat melaporkan kejadian yang tidak diinginkan akibat penggunaan obat atau alat kesehatan.
Melalui sistem pelaporan ini, FDA dapat:
Mendeteksi pola kesalahan penggunaan obat
Melakukan investigasi terhadap potensi cacat produk
Menyusun strategi pencegahan
Mengambil tindakan penarikan produk secara cepat
Cara pelaporan pun sangat mudah, baik melalui situs resmi FDA maupun formulir yang bisa dikirim via pos atau faksimili. Masyarakat hanya perlu mengisi data obat, efek yang dirasakan, serta identitas pelapor jika diperlukan.
Apa yang Bisa Dipetik dari Kasus Ini?
Kejelasan Label dan Kemasan Sangat Penting -- Meski terdengar sepele, kesalahan label atau kemasan dapat menimbulkan konsekuensi fatal.
Peran Apoteker dan Tenaga Kesehatan Krusial -- Pemeriksaan ulang sebelum pemberian obat injeksi dapat mencegah kejadian serupa.
Pasien Harus Aktif Bertanya -- Masyarakat juga perlu diberdayakan untuk memahami nama dan fungsi obat yang mereka terima.
Transparansi dan Keamanan Harus Selalu Jadi Prioritas
Kasus ini kembali menegaskan pentingnya transparansi, pengawasan mutu, dan pelaporan dalam industri farmasi. Program seperti MedWatch bukan hanya alat pelaporan, tetapi simbol kolaborasi antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan regulator demi keselamatan pasien.
Jika di Indonesia, apakah kita sudah memiliki kanal pelaporan seefektif MedWatch? Ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi regulator lokal agar kejadian serupa bisa dicegah lebih dini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI